Kata jadi Rasa.
Untukmu,
Si kecil yang kini berubah menjadi si mahir mematahkan dan si mahir menyenangkan.
------
Nyatanya, kamu benci jatuh cinta diam-diam.
Tertarik oleh senja, seolah-olah kamu ingin geram.
Nyatakan, atau... tidak?
Kamu memilih tuk memendam.
Namun, rasanya kamu tak bisa ambil diam.
Kata itu terlontar saja,
Terucap akan cinta yang tak biasa.
Jatuh cinta pada perempuan yang sangat biasa.
Kamu,
jatuh disaat waktu yang salah terasa.
Dinginnya waktu disela bercengkrama,
Membuat canggung kian merasa.
Rintik ketika aku, kamu, dan semua, hanya bisa menjadi semu.
Sepersen pun, serasa tak mampu.
Keras seperti batu, sulit untuk dihancur.
Temani mu dalam persajakku,
Memelukmu dalam setiap prosaku,
Takut lebur, kini belajar untuk menyatu.
Kata jadi Rasa.
Dulumu, sangat membenciku yang tak perasa.
Alunan melodi indahpun, tak mampu membuatmu menjadi pemaaf.
Namun, sejenak....
Kini kau berbalik dan meminta maaf.
Melenyapkan setiap tabir gelap yang selalu menyelimuti pertemanan.
Meluluhlantahkan setiap tembok pencakar langit penuh kebencian,
Saatnya saling menemani disaat temaram.
Melihatmu yang begitu ikhlas,
Seperti hujan yang mencintai setiap tetesnya.
Bulan yang mencintai setiap malamnya.
Dan matahari,
Yang selalu indah disetiap teriknya.
Hey,
Dulu menggemaskan, mengapa sekarang begitu membingungkan?
Kata mengapa bisa jadi Rasa?
Tak tahu menahu akan akibat yang kan terasa.
Tapi... Selalu yakin suatu saat pasti akan terungkap.
-----
Jangan tunggu, karna itu tidak perlu.
Syukuri yang telah didekapmu.
Sadari, bahwa sulit untuk saling mengikatku padamu.
Layak abu diujung kayu,
Tak sedetikpun yang mengadu,
Bahwa itu sangat mengganggu.
Semua hanya butuh satu momentum.
Tak ada yang salah,
Namun cobalah tuk menjelajah.
Apakah semua ini, memang sudah risalah,
Atau...
Hanyalah sebuah rasa yang salah?
Bagaimana menurutmu?
Karna, aku saja... tidak menahu.
--------------------------------
elsie
Jawa Tengah, 23 Juli 2016
14:00 PM
Comments
Post a Comment