Kamu penggila John Mayer, tapi aku lebih menggilaimu
Kamu bicara tentang John Mayer, seperti bicara tentang nabi yang turun membawa gitar, dan aku perempuan yang lagi-lagi tersesat tidak gentar, mencoba pura-pura paham kenapa nada-nada itu, seolah bisa menyelamatkanmu dari kejamnya hidupmu. Padahal sebelum kamu datang, nama John Mayer hanya sekadar angin yang lewat, menyenggol telinga, lalu hilang dengan cepat. Namun, lihatlah aku sekarang, menyetel lagunya berkali-kali, seperti mantra pemanggil seseorang, yang tak pernah benar-benar pulang. Kamu menggilai Mayer seakan ia penjelmaan segala yang kau buru, sementara aku menggilaimu, dengan cara yang bahkan kamu tak sanggup bayangkan, diam, dalam, dan sangat tidak sehat. Kamu bangga menyebut Continuum sebagai alkitab, padahal hidupmu sendiri tersendat di tanda koma, yang kamu buat dari keraguanmu mencinta. Aku mendengarkan Gravity dengan bertanya-tanya : "Apa yang menarikmu jatuh ke arahku, musik itu, atau justru aku yang selalu diam-diam menahanmu, menunggu saat kamu berhenti ragu, ...


