Chapter 5 : Kirana's version
[ Sekuel pertama dari cerita bersambung, "Meeting yOu was a nice accidenT" ]
Sekiranya sudah 10 menit yang lalu Kirana duduk di tengah kerumunan anak muda yang sama-sama sedang mengantri dan menunggu pesanan Sate Ratu nya datang. Iya, hari ini Kirana akan bertemu dengan Ringgo. Maka dari itu, Kirana ingin membuat hati Ringgo jatuh suka pada kota Yogyakarta untuk pertama kalinya. Sate Ratu itu salah satu kuliner favorit Kirana di Jogja. Meskipun harganya nggak ramah dikantong mahasiswa, tapi rasa dan kelembutan daging ayamnya tuh, mantap!
“Ran, temen lo lama banget sih,” celetuk Mima yang sudah mulai bosan menunggu seseorang yang bahkan Ia sama sekali tidak mengetahui tentang orang sedang Ia tunggu.
"Ya sabar aja, dia juga lagi bingung nyari jalan buat sampe sini kali,"
Tidak berapa lama, sesosok pria yang menggunakan polo shirt berwarna hitam disertai dengan frame kacamatanya yang juga berwarna hitam. Sekarang pria itu sedang berjalan pelan menuju ke arah Kirana dan Mima. Kirana yang duduk menghadap ke arah parkiran, mulai mengenali pria itu. Kayaknya itu Ringgo deh.
"Kirana, kan?" ucap Pria tersebut sambil melenggangkan tangan kanannya ke arah Kirana.
Kini pria tersebut berdiri tepat disamping meja Kirana dan Mima. Kedatangannya disambut oleh semerbak harum citrus dan vanilla yang entah mengapa, kombinasi tersebut sangat berhasil membuat orang yang berada disekitarnya nyaman. Termasuk Kirana. Rambutnya yang hitam legam, serta senyumnya yang begitu mekar hingga kedua kelopak matanya membentuk garis lurus membuat Kirana sepersekian detik tersihir olehnya.
"Iya hehe, halo, gue Kirana," sambut Kirana dengan penuh canggung. Tidak berapa lama Kirana juga ikut berdiri sambil menyambut jabatan tangan Pria tersebut. Benar saja, pria yang memiliki nama lengkap Ringgo Paramayoga Sarkara itu nyata adanya dan persis seperti apa yang Kirana lihat di foto profil miliknya, pria yang sudah hampir satu bulan menemani Kirana berbincang via aplikasi kencan tersebut.
Setelahnya, Ringgo duduk tepat di samping Kirana. Dan Ringgo, masih memanjangkan percakapannya, "Sorry lama ya, tadi aku nyasar. Tapi untungnya nyampe juga sih,"
Kirana yang notabennya termasuk ke dalam kategori manusia extrovert, hal itu tidak berlaku lagi ketika di tempatkan ke dalam posisi seperti ini. Kirana sama sekali tidak tahu harus berucap dan berperilaku seperti apa. Dan dua menit setelahnya, dengan bodoh Kirana baru inget bahwa Ia baru saja melupakan keberadaan Mima yang persis berada di depannya dan juga Ringgo.
"Eh sorry-sorry, Ringgo ini kenalin, Mima. Yang gue ceritain waktu itu," ucap Kirana penuh gugup. Iya, beberapa waktu lalu Kirana sudah mulai mengenalkan tentang Mima kepada Ringgo. Tidak dipungkiri, ternyata Kirana menemukan beberapa kecocokan dalam diri mereka. Mima sangat menyukai dan mengagumi hasil karya dari musisi John Mayer, begitu pula dengan Ringgo. Kegilaannya terhadap John Mayer dan albumnya sungguh identik. Dan masih banyak lagi hal-hal identik lainnya yang Kirana temukan didalam diri mereka.
Kemudian Mima meletakkan handphone miliknya dan kini pandangannya mengarah lurus kepada Ringgo.
"Halo, gue Mima. Temen kuliahnya Kirana," sambil melayangkan tangannya ke arah Ringgo untuk bersalaman.
"Halo juga, gue Ringgo. Sorry banget ya, tadi telat," sahut Ringgo sambil menyambut jabat tangannya dengan Mima.
"Kalian udah pesen belum?" tanya Ringgo.
"Belum, tuh tadi Kirana ngotot maunya nunggu lo aja biar sekalian makanannya dateng bareng katanya,"
"Ohh gitu, yaudah pesen dulu yuk. Jadi nggak enak banget sama kalian,"
"Well, you should," jawab Kirana dengan ketus.
Kini pandangan Ringgo terlempar ke arah wanita yang sedang sibuk dengan menu makanan dihadapannya sambil sesekali membenarkan kacamata transparant miliknya, "Hahaha, ternyata nggak di dunia maya, in real life pun juga kamu tetep aja ya jutek kaya begitu," ucap Ringgo terkekeh melihat tingkah Kirana yang masih saja menjadi wanita dingin yang sampai saat ini belum juga Ringgo dapat taklukkan.
"Gue liat-liat, kalian berantem mulu ya kerjaannya daritadi," celetuk Mima sambil sesekali meledek Kirana dari samping.
"Apasih Mim, jangan bertingkah deh, it's your day jadi jangan membuat atensi seakan-akan ke gue gitu ya," ujar Kirana dengan melengos ke arah Mima.
Mima tertawa kecil, melihat sesuatu percikan terlihat dari mata temannya itu, "Ih apaan sih, lebay deh lo,"
"Udah pada tahu mau mesen apa belum? Gue udah laper banget nih,"
"Yaudah yuk-yuk pesen, udah bahaya kalo Kirana jadi cranky kaya gini," ujar Mima yang masih saja meledek Kirana.
"Emang kalo udah cranky, biasanya bakal ngapain?" tanya Ringgo dengan usil.
"Bakal gue makan lo idup-idup," sahut Kirana dengan wajahnya yang sudah cukup merah karena bertubi-tubi dihantam oleh ledekkan Mima dan juga Ringgo.
Mima dan Ringgo terbahak-bahak mendengar jawaban Kirana. Benar saja, cranky Kirana sangat tidak bersahabat.
"Eh ngomong-ngomong, gue izin ke toilet dulu ya. Nanti kalo makanannya udah datneg, kalian makan duluan aja nggak usah nungguin gue,"
"Okey, Ran!" jawab Mima.
Kirana lalu mulai melenggangkan kakinya menjauh dari meja dan kerumunan. Langkahnya semakin menjauhkannya dari Mima dan juga Ringgo. Kemudian Kirana berjalan mendekat ke arah salah satu pelayan yang ada di Resto itu.
"Hai mbak, aku boleh minta tolong?"
Sejenak kemudian pelayan tersebut mendekati Kirana,
"Iya kak, ada yang bisa saya bantu?"
"Jadi gini, saya tadi duduk di meja nomor 23, dan nanti kan ada 3 pesanan makanan yang keluar ya. Saya minta tolong, nanti untuk pesanan atas nama Kirana yang pesenannya ada sate kanak 1 porsi, nasi putih, sama kuah beningnya, bisa di anterinnya ke meja yang berbeda aja nggak ya mbak?"
"Oalah, bisa mbak, cuman meja kita yang kosong tinggal smoking area aja mbak. Gimana?"
"Oh iya mbak nggak apa-apa, nanti diantarkan saja ke sana ya mbak," jawab Kirana perlahan. Sebenarnya Kirana kurang nyaman berada di ruangan yang penuh dengan asap rokok. Namun, mau tidak mau Kirana harus menerima agar rencananya berhasil.
"Baik mbak, kalo gitu nanti mbak duduk di nomor 40 situ ya," ucap pelayan tersebut sambil mengarahkan tangannya ke arah tempat meja yang dimaksud.
***
"Eh, kok Kirana belum balik juga ya," celetuk Mima kepada Ringgo sambil melemparkan pandangannya ke arah jalan yang seharusnya menuju ke toilet.
"Iya, gue chat dia juga nggak dibales nih," jawab Ringgo yang juga membantu Mima mencari temannya.
"Yaudah deh, kita makan dulu aja. Gue juga udah laper banget,"
"Lo duluan aja Mim, gue coba cari Kirana dulu ya, toh juga ini tempat nggak segede itu juga sampe dia nyasar,"
"Mau gue temenin nggak?"
"Nggak usah Mim nggak apa-apa, lo makan aja, jangan sampe pingsan. Hahaha"
"Hahaha, tau aja lo Ringgo,"
Tak butuh waktu lama memang untuk Mima dan Ringgo saling mengakrabi diri. Setelahnya, Ringgo bergegas mencari keberadaan Kirana. Kakinya yang begitu jenjang, membuat langkah Ringgo begitu cepat dan dalam sekejap bayangannya hilang dalam pandangan Mima.
Ringgo menemukan Kirana. Masih teringat dengan jelas baju yang Kirana kenakan di sore itu. Baju kodok berwarna hitam yang begitu pas dengan postur tubuh Kirana dengan kaus putih polos sebagai atasannya, serta sepatu vans hitamnya yang sudah cukup lusuh namun justru menjadikan penampilan Kirana saat itu terlihat begitu sederhana. Dan Ringgo, menyukai kesederhaan.
Dengan seksama, Ringgo memerhatikan gerak-gerik Kirana. Di lihatnya perempuan berambut pendek itu membelakangi pandangannya. Kirana terlihat diam. Ringgo mengambil beberapa langkah kecil untuk melihat lebih jelas apa yang sedang Kirana lakukan sendirian di sana. Namun nampaknya, Kirana seperti menahan sebuah raut kesedihan. Di detik itu, Ringgo rasanya ingin sekali mendekatkan dirinya, berusaha untuk tangannya mengusap puncak kepala Kirana. Namun Ringgo terlalu takut untuk mengambil tindakan itu, takut Ringgo melampaui batasan-batasan yang sepertinya sudah lama dibangun oleh Kirana diantara keduanya.
***
"Sumpah, Kirana kemana sih? Padahal kita udah selesai makan ini, dia nggak balik-balik. Toiletnya di Jerman kali ya," celetuk Mima kepada Ringgo yang kini sedang kekenyangan karena begitu lahap menyantap sate ratu rekomendasi dari Kirana.
"Emang anak aneh," jawab usil Ringgo dengan ujung bibirnya yang terulas senyum tipis. Pasti ini anak sengaja misah biar gue bisa berdua sama Mima. Emang ya niat banget jodohin gue sama cewe lain.
"Ini gue cari Kirana kali ya, gue samper deh,"
"Gue aja yang nyari Mim, kasian lo udah kekenyangan gitu nanti perut lo terguncang-guncang jadi enek,"
Mima sedikit terguncang dengan perkataan Ringgo barusan. Kok perhatian juga ya ini cowo. Setelahnya, pipi Mima berubah warna menjadi merah tomat.
***
"Sendirian aja," ucap Ringgo tepat disamping cuping telinga Kirana. Sontak hal tersebut membuat Kirana terkejut.
"Ih, jahil banget sih!" balas Kirana sambil mendorong badan pria itu agar tercipta jarak diantara mereka, karena Kirana selalu merasa sesak ketika Ia terlalu dekat dengan pria tersebut.
Ringgo kemudian menarik kursi yang berada tepat di samping Kirana, sambil mengambil posisi duduk menyamping sehingga arah pandangnya dapat dengan jelas memerhatikan wajah Kirana dengan seksama,
"Jangan bengong mulu, ayo pulang,"
"Oalah itu, lo pulang duluan aja sama Mima, nanti gue gampang sendiri aja, masih ada teknologi mamang ojek di dunia ini,"
Ringgo mengernyitkan dahi,
"Mau jodohin orang sih boleh aja, tapi jangan sampe mengancam nyawa sendiri deh,"
"Hah maksudnya?"
"Ya menurut kamu aja, kamu perempuan sendiri, terus ini udah jam 9 malem masih aja mau pake ojek-ojekan segala?"
"Ya emang kenapa? Ada masalah?"
"Mulai deh banyak cingcong," balas Ringgo dengan kondisi yang sudah cukup kesal dengan bebalnya seorang Kirana.
"Nggak jelas,"
Ringgo kembali merayu Kirana agar Ia mau ikut dengannya untuk pulang bersama dengannya dan Mima pada malam itu,
"Yuk pulang, Ran,"
"Nggak, sini gue anterin kalian ke depan parkiran, sekalian gue pesen ojek online,"
"Batu banget astaga,"
"Namanya juga Taurus," jawab Kirana sambil menjulurkan lidahnya ke arah Ringgo dengan begitu jahilnya.
"Nggak jelas, percaya kok sama zodiak,"
"Udah ah bawel, ayo jalan, kurang ajar ya lo ninggalin Mima sendirian begitu aja,"
"Lah.. kan aku.. nyamperin ka-"
Tanpa babibu tangan Kirana langsung menggaet tangan Ringgo dengan cepat hingga kalimat Ringgo yang baru saja Ia ingin ucapkan belum selesai.
Kirana berjalan begitu cepat hingga langkah Ringgo sedikit tergopoh-gopoh untuk menyamakan dengan ritme langkah milik Kirana. Tidak lama akhirnya Kirana menemukan kembali Mima yang sedang memainkan handphone nya sendirian di kursi yang sama seperti sebelum Kirana meninggalkan mereka berdua.
"KIRANAAA! Kemana aja sih? Kok lo malah ilang bukannya join bareng sama kita disini," celetuk Mima dengan nada begitu bingungnya.
"Gimana-gimana Mim, ini orang aneh seru nggak diajak ngobrol? Apa terlalu banyak haheho nya?" ucap Kirana yang sedang berupaya mengalihkan topik pembicaraan Mima.
"Asik-asik aja kok, kalo nggak asik kayaknya gue juga ikutan kabur kaya lo deh Ran, Hahaha," jawab Mima dengan wajah yang penuh sumringah.
Ah syukurlah, Mima keliatan happy banget malem ini.
"Yaudah yuk Ran, balik, gue ngantuk banget," ajak Mima.
"Kalian balik duluan aja, ini abang ojek nya udah mau sampe,"
"Hah abang ojek apaan?" tanya Mima dengan bingung.
"Iya gue balik pake ojek, nanti Ringgo nganter lo sampe ke depan kost an kok, nanti kita ketemu lagi besok pas jaga! Hihi,"
"Kok gitu sih Ran, malah ninggalin gue berdua sama Ringgo. Nanti kalo gue diculik sama Ringgo gimana?" ujar Mima dengan wajah memelasnya agar Kirana dapat terbujuk untuk pulang bersama dengannya dan Ringgo.
"Ya kalo sampe lo ilang besok nggak dateng ke RS, gue bakal suruh satpol PP grebek Ringgo sih Mim,"
"Astaga, bisa diskusi personalnya nanti aja nggak ya temen-temen? Sayanya masih disini lho," ujar Ringgo dengan penuh heran, pasalnya kedua perempuan yang kini persis berada dihadapannya sedang asyik membicarakan dirinya seakan-akan sedang membicarakan sebuah gosip panas.
"Supaya omongannya jadi objektif, nanti kalo kita omongin lo dibelakang kuping lo bakal kepanasan," jawab Kirana dengan wajah datarnya.
"Ini ajakan yang kesekian kalinya, kamu yakin nggak mau pulang bareng?"
"EH ABANG OJEK GUE UDAH SAMPE DIDEPAN! GUE PULANG DULUAN YA TEMEN-TEMEN KESAYANGANKU, Ringgo ati-ati bawa Mima! Lecet dikit urusannya sama gue,"
Kemudian tidak berapa lama Kirana berjalan kearah pintu keluar Resto, suasanya kembali menjadi hening dan sedikit canggung.
Sambil mengusap-usap tengkuknya, sekilas Ringgo bergumam pada dirinya sendiri, kenapa lo dingin banget sih Ran, perkara mau jodohin gue sama temen lo sendiri.
***
Comments
Post a Comment