Niskala dan Nelangsa
Saat kamu datang dengan nyata
Ingin sekali memintamu tuk ajariku bagaimana menggunakan perasaan.
Ajari bagaimana menggunakan pena.
Lalu akan ku tulis gemercik air,
udara dingin,
kabut senja,
sampai daun gugur yang sama sepertimu.
Bagaimana bila Niskala membuatku jatuh cinta?
Coba kamu dengar,
Selama ini aku bercerita uring-uringan dihadapanmu.
Tentang perasaanku yang kalang kabut setiap bertemu,
tentang rindu-rinduku yang tertahan,
tentang keinginanku yang tak bisa tertuang.
Sebab, aku perempuan.
"Tidak! Dan jangan memulai duluan!" katamu.
Kemudian aku terus berharap kamu memiliki perasaan yang sama denganku.
Sehingga perasaanku,
tidak perlu aku bunuh satu per satu.
Aku selalu berandai bisa menjadi pendamping hidup yang menguatkanmu,
bersandar dan bergantung kepadamu.
Coba kamu dengar lagi,
Harapanku setinggi langit.
Tapi aku tidak takut terjatuh saat ini.
Padahal aku tahu,
diatas awan sana sama sekali tidak ada pegangan.
Coba satu kali lagi kamu dengar,
bila rasaku itu begitu jauh,
bagaimana bila kamu benar-benar yang membuatku jatuh cinta?
dan aku,
memiliki perasaan yang mirip seperti yang kamu miliki kepada orang lain.
Apa... kamu juga akan diam saja?
Begitu nelangsa untuk memahami posisi diri kita, bukan?
Bila kita tidak pernah mengalami keadaannya.
Bagaimana?
Aku membutuhkan jawabanmu, Niskala.
Dan kamu,
Diam saja membisu,
Tidak percaya.
Comments
Post a Comment