Kalau harus cari yang lebih, susah
Jika aku disuguhkan pertanyaan, "Kamu senang nggak aku hadir di hidup kamu?"
Dengan spontan kan ku jawab, "Tentu saja! Kamu adalah hadiah terbaik yang pernah aku dapatkan," lalu kamu tersenyum pelan, menjuntai manis begitu magis.
Aku termangu, tersihir akan cantiknya matamu.
***
Dua puluh enam hari setelahnya, kita bertengkar hebat.
Berselisih paham dan terus berdebat.
Katamu, kita tak lagi ada jalan keluar.
"Perasaanku sudah karam, aku tidak bisa lagi melanjutkannya,"
Kamu terlihat begitu terbata-bata, mencoba tegar namun begitu getar.
Aku yang terus menyeka air mata, dengan lantang aku harus berucap, "Apakah arah jalan kita benar-benar sudah tidak lagi sama? Bukankah terasa lebih baik jika ada 'kita'?"
Dengan ketidakberanianmu, kini pandangan dilempar ke arah langit.
Mata cantikmu terlihat berlinang, memancarkan keresahan yang sepertinya sudah berlangsung lama.
"Kamu, hati-hati di jalan ya," ujarmu.
Aku tersentak mendengarnya, "Niskala, apakah semua persamaan yang kita miliki justru menjadi kendala bagi kita berdua?"
"Hatiku sudah tidak lagi ada untuk kamu, Nala,"
***
Genap satu tahun setelah kamu pergi, aku masih memiliki perasaan yang sama.
Konon katanya, waktu akan sembuhkan. Namun sepertinya, tiga ratus enam puluh lima hari bukanlah waktu yang cukup bagiku.
Setiap pukul sepuluh malam, aku masih memainkan music box hadiah ulang tahunku darimu.
"Bakal ada lagi yang sama seperti kamu nggak ya, Niskala?"
Latar kita berdua yang terlalu sama, membuatku semakin bertanya, "Apa alasan sebenarnya yang membuat hatimu tidak lagi untuk aku?"
Kini semua pertanyaan akan tetap menjadi sebuah pertanyaan.
Kamu sudah berjalan ke arahmu, begitu pula aku.
***
Terima kasih,
Kasih sayangmu begitu membekas.
Kalau aku harus cari yang lebih, susah.
Niskala, dan hanya satu yang ada di dunia.
Maka dari itu berikan aku satu kali kesempatan,
Tuk aku sampaikan pada hati yang penuh awas,
"Hati-hati dijalan juga, Niskala,"
Comments
Post a Comment