semoga kalian suka ya.




FRIENDZONE.
       
Aku kelas 10, panggil aku diba. Aku sekarang bersekolah di  HomeSchooling KakSeto. Sekolah ku bukanlah sekolah umum seperti biasanya.
Aku mempunyai sahabat. Dia bernama Arra. Dia paling the best kalau dalam hubungan persahabatan. Kita udah sahabatan dari kecil dan sampai sekarang pun, kita masih solid dalam persahabatan ini. Arra sekarang bersekolah di SMA TIRTA BANGSA 100. Beda denganku, yang jenisnya bukan sekolah umum.
          Setiap harinya, arra selalu menjadi orang pertama yang  membangunkan ku dengan kelucuannya. Keluarga arra sudah sangat dekat dengan keluarga aku. Begitu pula sebaliknya.
          Aku  sangat menyukai Arra karena dia adalah lelaki yang lucu,pintar,baik, tampan dan tinggi. Aku menyukai arra, sejak aku dan arra sudah beranjak dewasa. Diam-diam, aku sangat mengagumi arra. Walau aku tahu, sebenarnya memang tak pantas menyukai sahabat sendiri. Tapi, kata hati ini berbeda dengan teori itu.
          Aku pun tak pernah berani mengucapkan bila aku sangat menyukai arra. Karena aku fikir, bila aku mengucapkannya, semua akan menjadi kacau. Dan sekarang, aku masih memendam perasaan ini. Entah sampai kapan.
          Aku sebenarnya juga menyesal, mengapa aku harus menyukai sahabatku sendiri? Mengapa?
          Aku selalu berharap bahwa, arra bisa menjadi pacarku. Dan berharap jika arra bisa mencintaiku seperti aku mencintainya. Tapi, lagi-lagi hanya berharap. Tidak seperti kenyataannya.
          Besok, arra akan menjemput ku untuk pergi makan pada malam minggu. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mempersiapkan diri untuk pergi bersama arra.

·        ARRA : “akhirnya kita sampai jugaa..”
·        DIBA : “iya yah...”
·        ARRA : “yaudah yuk masuuk”
·        DIBA : “yukk”

          Rasa senang menyelimuti hatiku, raut muka ku juga berubah menjadi seperti orang yang memang sedang sangat bahagia. Tak tahu mengapa, tapi alasan mengapaku begini itu ya karena cinta. Cinta dapat merubah sifat dan wajah seseorang melalui perasaannya.
          Dan sekarang aku sudah sampai di restaurant yang kita tuju. Lalu kita berdua berjalan memasuki restaurant itu.
         

·        PELAYAN : “mau pesan apa?”
·        ARRA & DIBA : “pesan chicken gordon blue pake saus tapi jangan kebanyakan.”
·        DIBA : “loh? Hahaha kok kita samaan sih?”
·        ARRA : “hahaha iya juga ya? Kok bisa? Hahaha, jodoh mungkiin. Eitts :P”
·        DIBA : “hahaha ada-ada aja kamu. Oh iya mba, minumnya lemon tea ya, 2.”
·        PELAYAN : “ok mba mas, ditunggu.”
·        DIBA : “iya, hahaha btw kok kita bisa barengan sih ngomongnya? Hahaha, ini lucu.”
·        ARRA : “ iya lucu.. selucu kamu.. hahaha”
·        DIBA : “hahaha ada-ada aja kamu nihh issh!”
         
          Rasa jatuh cinta ini, melebihi apapun. Sangat menakjubkan. Bisakah kau merasakan, perasaan ku saat ini? Ketika kamu, diberi rayuan oleh orang yang kamu suka? Pasti akan terasa terbang kelangit ke 7 bukan? Yap! Itulah penggambaran perasaanku saat ini. Aku sangat-sangaaaat merasa bahagia!
          Saat setelah beberapa menit aku dan arra menunggu, akhirnya pesanan makanan aku dan arra pun datang. Dan setelah itu, arra menyuapi ku dengan pesanan makanannya, padahal kita memesan menu makanan yang sama.

·        ARRA : “siniii kamu majuu, aku suapiiin nihh”
·        DIBA :  “hahhaa ih, apasii kamu niih. Kan kita juga mesen makanan yang samaa”
·        ARRA : “kamu tuh yaaa, belum coba punya aku siih! Punya aku tuh lebih enak dibanding makanan kamuu :P”
·        DIBA : “yakin niih?”
·        ARRA : “yaiyalaah! Siniii siniii aaaa. Wiiiing *menyuapkan sesendok makanan ke mulut diba* hahhaha, gimana rasanyaa? Bedakaaaan? Hahaha”
·        DIBA : “iya deh, terserah apa kata kamu ajaa :P”

          Aku lagi-lagi dibuat melayang oleh arra. Serasa ingin langsung berteriak. Tapi aku tak mungkin melakukannya sekarang. Dan setelah makan malam, akhirnya aku dan arra memutuskan untuk lebih baik pulang karena malam sudah mulai larut.

·        DIBA : “ok sipp, alhamdulillah akhirnya kita sampaii. Yaudah, aku masuk dulu yaaaa.. makasiih juga niih buat traktirannyaa :P”
·        ARRA : “hahaha ok sama-samaaa... jaga kesehatan yoooo dibaaa! Jangan tidur malem-maleeem :P”
·        DIBA : “hahaha ok sippp, bisa diaturr.. yaudah masuk duluan yaaaa! Byeee”
·        ARRA : “byeee”

          Aku langsung masuk ke kamar, sesambil berbaring diatas sofa. Rasanya, malam ini indah sekali. Seperti ada bulan besar yang sangat terang di langit sana. Senang sekali bila mengingat moment tadi ketika aku pergi berdua bersama arra. Sangatlah indah.
          Kemarin arra berjanji padaku untuk mengantarkanku ke sekolah namun, arra tidak bisa mengantarkan ku pergi untuk berangkat bersekolah karena ada urusan pribadi bersama temannya. Aku pun langsung meng-iya-kan saja. Dan hari itu juga, aku pergi berangkat sekolah tidak dengan arra. Dan pulang sekolah pun hari ini, arra tidak bisa menjemputku dengan alasan yang sama.
          Dan setelah pulang sekolah, aku berbaring di kamar. Tak ada kegiatan apapun selain membuka macbook dan membaca novel. Kesimpulan nya untuk hari ini, aku sangat merasa kesepian & bosan tanpa kehadiran arra.
Karena, seperti biasanya, aku selalu pergi bersama arra. Tapi, arra sudah beranjak dewasa. Mungkin, dia juga sudah memiliki kehidupan sendiri. Dan lagi-lagi aku tidak seharusnya egois.
          Setelah hari itu, arra sudah jarang datang kerumah ku ataupun  ke sekolah. Aku tak tahu, apa penyebab ini semua terjadi. Yang jelas, terakhir kali arra memberi alasan kepadaku, saat arra mengucapkan kalau dia harus ada urusan pribadi dengan temannya.
Nah, aku pun mulai berfikir. Memangnya, siapakah teman arra itu? Sepenting itukah temannya, sehingga arra tak pernah mengabari ku lagi? Mengapa arra lebih memilih teman baru dia, ketimbang memilih aku yang sudah lebih dulu kenal dengan arra? Apa yang terjadi dibalik ini semua?
          Sejak itu juga, apabila aku berkunjung ke rumah arra ataupun ke sekolahnya, arra selalu sudah pergi terlebih dahulu bersama temannya, sebelum aku datang. Aku pun kesal. Siapa kah teman arra itu? Mengapa dia mengambil arra dariku?
          Dan setelah 2 minggu arra tak ada kabar seperti ditelan bumi,  akhirnya arra meleponku dan berbicara...

·        ARRA : “haiiiiii dibaaa”
·        DIBA : “yaallah ra, kamu kemana ajaaa? Aku cariin kamu jugaaa!”
·        ARRA : “hehehe maaf yaaaa.. aku gak kasiih kabar ke kamuuu.. maaf banget niih, aku gak bermaksud buat ngehindar dari kamu kook, ataupun buat bikin kamu nyariin akuu”
·        DIBA : “terus, maksudnya apaa?”
·        ARRA : “giniii, kalo gak salahkan selama 2 minggu inikan aku gak bisa ngabarin kamuu gituu... karena aku itu lagi dalam proses PDKT niih sama anak baru disekolah akuu namanya Latishaa! Eeh anaknya baiiik banget tahuuu! Cantik pulaa! Dan kamu tahu gak, kenapa aku nelfon kamu sekarang? Aku mau ngabarin ke kamuu kalau aku sama latisha jadiann hari ini!! Asikk banget kaaan?! Hehehe, pokoknya nanti aku traktir kamu makan deeh! Kamu mau makan dimanaaa?”
·        DIBA : “..................”
·        ARRA : “loooh... dibaa? Kamu masih disana kaan? Kok gak ada suaranya siih? Kamu mau makan dimanaa? Tamanii? Atau mananiih? Akusiap kok nraktiir hehehee..”

Reject number.....

          Aku langsung mematikan telefon itu, yang berisi percakapan yang sangat menyakitkan untuk hati ku. Seperti hati yang sudah terluka, lalu ternyata di tempat terluka itu, ada yang menumpahkan cairan jeruk nipis tepat di tempatnya. Perih.
          Ketika arra mengucapkan bila ia pergi karena perempuan lain, hati ku terasa terinjak-injak oleh ribuan umat manusia yang tak punya hati. Rasanya sangat sakit.
          Saat itu, aku merasa sangat ingin menangis. Tapi aku tak mau ngeluarin air mata kesedihan setetespun, karena arra. Sebab, aku tahu, bila perempuan menjatuhkan setetes air mata kesedihan karena laki-laki, maka Allah SWT akan memberikan 1000 kali lipat dosa dari setetes air mata itu. Dan aku gak mau, aku memberikan arra begitu banyak dosa. Karena aku tahu, disini aku yang salah. Aku seharusnya tidak patut untuk menyukai seorang sahabatku sendiri. Dan arra pun tak pernah tahu soal ini.
          Aku sangat membenci arra, karena dia tidak pernah peka tentang perhatian dan perasaan ku saat ini. Tapi, disisi lain juga aku menyesalkan perasaan yang muncul ini. Mengapa aku harus menyukai seorang sahabatku sendiri, Arrafi Daffa? Menyukainya tanpa batas. Dan akibatnya begini, hati ku yang menjadi korban. Hancur berkeping-keping tanpa ada sisa.
          Aku tak bisa berkata sepatah katapun.
          Rasa sunyi saja, sepertinya sudah cukup untuk menemani malam yang menyakitkan ini. Melihat langit, yang ternyata bulan itu sudah tak lagi sempurna. Bulan itu terbagi menjadi 2. Dan yang muncul pada malam itu, hanya setengah saja. Seperti hati arra, yang saat ini sudah hanya setengah saja untukku. Setengahnya, untuk perempuan lain. hm.
          Besoknya, arra tak mengabari ku tapi dia sudah ada didepan pintu rumahku untuk menjemputku berangkat kesekolah. Sebenarnya, aku sama sekali tak ingin melihat muka arra. Karena, mendengar suaranya berbicara saja pun sudah membuatku cukup sakit hati. Tapi mau apa, aku harus berangkat bersama arra. Karena, aku tak mau membuat arra curiga kepadaku karena aku berusaha menghindar darinya.
          Ketika diperjalanan menuju ke sekolah, keheningan melanda. Arra tak memulai pembicaraan dengan sepatah katapun, begitupun aku. Tapi, aku melihat arra pagi-pagi sudah sibuk dengan smartphonenya. Padahal, setahu ku, setiap hari aku berangkat sekolah bersama arra, aku tak pernah melihat arra memegang smartphonenya, hingga se sibuk sekarang ini. Sepertinya, sejak dia berpacaran dengan latisha. Ada banyak perubahan dari arra.
          Dan suara ku, memecah keheningan di perjalanan..

·        DIBA : “ra, kok kamu gak cerita sih kalo kamu lagi suka sama seseorang dan lagi mau PDKTin dia...?”
·        ARRA  : “ehehehe, iyaa soalnya aku mau biikin surprise buat kamuu. Aku sekarang seneng banget looh udah bisa punya pacarrr, apalagi jadi pacarnya latishaa! Hehehe”
·        DIBA : “ra....”
·        ARRA : “iya dib?”
·        DIBA : “ra, aku mau nanya. kalau ada seorang sahabat suka sama sahabatnya sendiri, itu mungkin gak sih?”
·        ARRA : “hahaha, ya gak mungkinlah. Masa iya, udah sahabatan suka gitu? Gak mungkin.”
·        DIBA : “kalau ada?....”
·        ARRA : “kalau ada pun, Cuma sahabatnya aja yang bodo. Masa iya, dia suka sama sahabatnya sendiri.. kaya manusia Cuma dia doang apa...”
·        DIBA : “oh... berarti aku bodoh...”
·        ARRA : “apa?”
·        DIBA : “oh.. gak. Gak papa, eh udah sampe. Duluan ya ra..”

          Arra saja tak secara langsung menganggapku bodoh. Bodoh karena telah menyukai sahabatnya sendiri. Tak wajar. Sudah ku akui, memang perasaan ini sudah salah sejak awal aku merasakan ini semua.
          Sejak saat itu.... aku merenung. Merenungkan apa saja yang sudah terjadi sehingga membuat ku sampai begini. Dan aku pun mengerti, kalau Arra memang benar-benar sahabatku. Bukan calon pacarku yang dikirimkan oleh tuhan untukku. Aku sudah menyadari itu...
          Setelah itu, aku mengerti bahwa aku memang telah berada di zona persahabatan bersama Arra. Seperti permainan jaman dulu, yang bernama Engklek. kita tidak bisa melebihi garis yang sudah  menjadi patokan permainan itu. Apabila menginjakkan kaki melebihi garis, maka kita dianggap kalah.
          Begitu pula keadaan ku saat ini. Aku dan Arra sudah berada di zona persahabatan. Dan itu adalah zona yang memang sudah benar sejak lama kita telah melakukannya. Kita tidak akan bisa melebihi garis dari zona itu.
Karena, apabila kita melebihi garis zona tersebut, maka kita pun akan kalah. Ya, aku dan arra akan kalah. Akan kalah dengan zona persahabatan itu sendiri.
          Kita gak bisa memaksakannya untuk menang. Karena pada akhirnya, apabila kita memaksakan itu, kita bukannya mendapat pujian atas kemenangan tersebut,melainkan mendapat olokkan dari orang sekitar. Karena sebenarnya, kita itu memang belum pantas untuk menang. “WE DONT NEED A RELATIONSHIP TO ALWAYS BE TOGETHER” itu adalah patokan aku saat ini. Aku gak perlu menjalin hubungan lebih dari sahabat untuk dapat bersama. Cukup menjadi sahabat, kita udah saling melengkapi, selalu bersama dalam suka dan duka.
Bersama tapi tak bersatu. Asalkan bisa tetap bersama dengan arra saja aku sudah senang.
Jadi jangan khawatir kalo kalian memang gak bisa pacaran, jangan dipaksain. kalo satu sama lain saling sayang kan juga toh kesannya bakalan lebih manis. Nanti jadi ga bisa putus  .
Sahabat adalah segalanya bagiku.






-    The End-

Comments

Popular Posts