karya yang baru saya unggah, semoga kalian suka.
Cahaya sakura di
Bulan Desember.
Dring...
Bel sekolah telah berbunyi sejak tadi, aku dan bev
berburu masuk ke kelas bersamaan dengan anak-anak lainnya. Dengan malas aku
berbicara kepada bev
“ah sial, mengapa pelajaran pertama hari ini
matematika sih. Menyebalkan.” Aku menggerutu.
“hahaha, kau ini hanya bisanya malas terus
bila pelajaran matematika.”ledek bev.
“aneh, memangnya kau tidak benci dengan
matematika?”
“memang sih, gurunya itu sangat
menjengkelkan. Namun, demi pelajaran apa sih yang enggak.”
“haish! Sial, aku ternyata salah memilih
teman.”
“hahaha, ada-ada saja kau ini”
Tak berapa lama,
guru yang menjengkelkan itu datang sembari membawa penggaris panjang dan buku
setebal aspal yang sepertinya telah siap membelah bagian-bagian otakku.huh, menyebalkan.
Setelah belajar
terlalu lama dan membuat kepalaku ingin pecah, bel istirahat akhirnya berbunyi.
Oh iya! Apakah kau tahu? Aku sangat senang
sekali bila bapak guru sudah memencet bel istirahat seperti ini, karena aku
pasti akan bertemu dengan Asta!
Astaga. Aku sudah tak bisa memendung rasa
senang ini. Rasanya ingin sekali bertemu sapa dengannya. Namun tak mungkin.
Asta itu adik
kelasku. Dia kelas 11 dan aku kelas 12. Dan dia juga menjabat sebagai Ketua
Osis di sekolah ku. Menakjubkan bukan! Rasanya aku bangga bisa menyukai Asta.
Hari ini aku
tidak memutuskan untuk tidak berjalan menyusuri kantin dan membeli sesuatu,
karena hari ini aku ingin sekali bertemu dengan Asta. Aku rindu dengannya.
Beruntungnya, kelas ku tak terlalu jauh dengan ruang rapat Osis. Jadi, bisa
dijamin bila setiap ada perkumpulan osis, aku selalu bertemu dengan Asta.
Ketika aku
sedang bermalas-malasan duduk di depan kelas, ternyata tuhan mengabulkan doaku!
Tiba-tiba Asta datang melewati tangga mengarah ke ruang Osis.
Dug! Uh apakah aku sudah cantik? Hm, sebaiknya aku
percaya diri saja. Bertampang pasrah, aku ingin sekali menyapanya. Mukanya
tampak lebih bersinar dari hari biasanya. Apakah ini efek karena aku terlalu
merindukannya? Entahlah.
Namun tuhan
berkehendak lain, tiba-tiba tanganku refleks menutup mukaku dan pergi jauh
darinya.
aduh! Bodoh! Kenapa tadi aku lari? Mengapa juga aku
menjauhinya? Bukankah tujuanku duduk didepan juga karena menanti kedatangannya?
Mengapa aku bodoh sekali dalam mengambil tindakan.Harusnya otak ku mengerti,
bahwa ini adalah kesempatan yang tidak datang dua kali. Dan tidak ada remedial
ataupun reply.
Dengan rasa
penyesalan, aku membawanya masuk ke dalam ruang kelas, dan Deeze yang memang
mengerti aku menyukai Asta ternyata dapat mengendus kekesalan ini.
“hei bodoh, mengapa tadi kau lari?”ledek Deeze.
“aku tak tahu, ah bodohnya diriku. He? Sebentar. Kau tahu dari mana
kalau aku-tadi..” aku bertanya bingung.
“dari gerak-gerik yang penuh penyesalan, seperti ini.”
“huh.”satu kata penuh penyesalan.
Hari ini, aku
tidak melihat Asta lagi. mungkin karena
dia sudah terlalu sibuk dengan tanggung jawabnya sebagai Ketua Osis.
Penuh kekecewaan, aku berlari pulang.
Sekarang sudah
pukul 2 siang. Tapi, Asta belum membalas sms ku juga. Duh, apakah sesibuk
itukah sampai-sampai sms ku tak dibalas? Atau mungkin dia masih di sekolah.
Entahlah. Tapi aku berharap sekali dia membalas.
Dan sekarang
jarum jam dirumahku sudah menunjukkan pukul 8 malam.namun, Asta belum juga
membalas sms ku. Penasaran, aku pun mengirim sms lagi kepada Asta
To : Asta
Asta? Apakah aku
mengganggumu? Tolong jawab.
Dan keajaiban datang, dia
membalas
.
Iya, ada apa
kak? Ngomong-ngomong ini pulsa terakhir aku. Jadi kalo aku gak jawab, berarti
aku lagi gak punya pulsa kak, maaf ya.
Huh. Lagi-lagi alasan yang sangat
klasik. Memangnya tidak ada alasan lain? Menyebalkan sekali kau, Asta. Namun
anehnya tetap saja aku menyukaimu.
Sekarang baru pukul 6, tapi tak tahu kenapa
aku sudah siap saja berangkat sekolah. Mungkin ini karena terkena efek setelah
UTS yang membuatku malah selalu berangkat pagi.
Setelah aku sampai disekolah, aku menyusuri
halaman sekolah yang terlihat sangat kosong dari kerumunan murid-murid, sejuk.
Saat
berjalan akan menuju tangga anak kelas 12.3 itu menanyakan keberadaan Tisha,
tapi aku tidak mengerti dia dimana. Aku saja baru menapaki halaman sekolah,
mana mungkin aku mengerti Tisha dimana. Aduh, aneh sekali murid-murid yang ada
disekolah ini.
Dan
setelah itu tiba-tiba, semua suasana memecah ketika kumendengar...
“kak
Bita...”
He?
“oh
iya,Asta.”
Dug!
Mimpi apa aku semalam. Atau jangan-jangan aku masih didalam mimpi? Aduh! Tidak, ini bukan mimpi. Buktinya
tanganku memerah ketika aku mencubit diriku sendiri untuk memastikan bahwa ini
bukan mimpi.
Rasanya, hatiku penuh dengan... ah sudahlah,
aku tidak bisa berkata-kata lagi. rasanya sudah cukup aku saja yang mengerti.
Dengan senyum seperti orang gila, aku masuk
ke dalam kelas. Dan di dalam kelas aku menemukan beberapa temanku yang sudah
datang dan siap menyerap dalam-dalam pelajaran yang akan diberikan oleh guru
pada hari ini.
“hai
Deeze!” memasang senyum gila.
“apakah pagi-pagi begini
setan sudah berkeliaran?”
“he?”
“kau ini sudah kesambet
setan kan?”
“his, sialan kau.”
Aku memalingkan wajah dari Deeze. Tumben,
dia biasanya paling mahir dalam mengendus sesuatu tentangku, namun kenapa kali
ini tidak? Oh yasudahlah, mengapa aku harus memikirkan Deeze bila Asta sudah
ada dipikiran.
Jam pelajaran ke3 adalah pelajaran olahraga,
kali ini aku akan belajar olahraga voli. Senang bercampur malas sih sebenarnya.
Malas
karena harus bergelut dengan hawa super panasnyan Indonesia dan lapangan yang
akan dipakai untuk berolah raga itu tak jauh dari kelas Asta, dan aku takut
bila bertemu dengannya. Namun seharusnya itu menjadi kesempatanku untuk bertemu
dengan Asta. Duh bagaimana sih kau!
Ketika
pelajaran olahraga akan dimulai, ternyata guru ku ini mengumumkan bahwa
ternyata hari ini adalah penuntasan nilai bola basket. Dan beruntungnya, aku
sudah tuntas. Dan yang sudah tuntas boleh menepi dari lapangan. Uh! Hari yang indah, dalam hati.
Aku
tidak sendirian, ada Mischa dan Vita juga. Dan aku bersama Vita memutuskan
untuk mengantarkan Mischa ke toilet.
Setelah
itu, kita bertiga memutuskan untuk kembali lagi ke lapangan. Tapi tuhan sangat
baik padaku. Tiba-tiba aku bertemu Asta dan satu teman serekan osisnya dan
hanya menyapaku. Ingat, hanya menyapaku.
Lalu,teman-teman
yang lain berbicara padaku. ‘mengapa hanya kau saja yang disapa.’ ‘iya mengapa
hanya kau, kita tidak dianggap’ dan aku hanya menggelengkan kepala saja seraya
masih meyakinkan diri bahwa mimpiku selama ini akhirnya terjadi dalam realita
kehidupanku.
Apakah
aku mimpi untuk yang kedua kalinya? Oh tidak. Dunia sudah tidak mulai beres.
Atau otak ku saja? Aduh Asta, kau selalu saja memenuhi pikiran dan hatiku.yang
membuat ku sesak Cuma karena kamu. Orang yang kusukai yang tak berbalik
menyukaiku
Setiap
malam tiba, aku selalu mengirim pesan kepada Asta, namun lagi-lagi dia tidak
membalas. Selama satu bulan berturut-turut kejadian ini terus berlangsung.
Sampai kapan akan berlangsung? Sampai aku berhenti berharap dan memohon kepada
tuhan agar memudahkan aku dalam menghapus kenangan antara kau dan aku,
saat-saat aku hanya dapat melihatmu dari jendela kelas dan berharap kau
melihatku dan mengerti bahwa :
‘aku menyukaimu. Aku sangat-sangat
menyayangimu hingga aku tak bisa memberi kata-kata lagi karena memang sudah
banyak kenangan diantara kita. Dan bila kehendak ada ditanganku maukah kau
bertukar peran denganku? Aku yang diperjuangkan dan kau yang memperjuangkan.
Agar kau tahu, bagaimana rasanya memperjuangkan seseorang yang sudah
benar-benar tidak mungkin ia capai. Bisakah seperti itu? Oh tidak, itu hanya
khayalan.”
Aku
mengerti, kau ini Ketua Osis. Memiliki tanggung jawab yang tidak mudah. Aku
tahu, kau selalu kelelahan bila setiap pulang sekolah. Tapi, kau tahu tidak?
Setiap kau kelelahan dalam hati selalu berdoa : ‘janganlah membuat dia lelah dengan pekerjaannya, ringankanlah bebannya
sehingga dia bisa seperti dulu lagi. manusia biasa tanpa ada jabatan yang
membebaninya.’
Dan
apakah kau selalu membuka pesanku? Pesan-pesan yang berisi semangat agar kau
tak kelelahan, seperti ; kamu pasti hari ini capek ya? Istirahat yang cukup
supaya gak capek. Tetep semangat. Apakah kau membacanya? Kurasa, tidak.
Ternyata
kau ini hanya omong kosong. Aku mengejarmu, namun kau juga lari. Sampai kapan
seperti itu? Sampai aku berh.enti dan bertemu
seseorang? Tidak mungkin. Semua jalan yang ku tempuh tak ada siapapun kecuali
kamu.
Aku
menyukaimu selama 2 tahun belakangan ini, dan menurutku itu tak sebentar. Butuh
proses bila menyukai seseorang hingga tak bisa berpaling ke lain hati. Iya aku
tahu aku bukan siapa-siapa, tapi apakah kau tak mau melihatku sebentar saja?
Berpikir sama dengan apa yang kupikirkan ketika pertama kali melihat sosokmu
yang tak bisa digapai.
Berusaha
mencoba, namun yang diusahakan meremehkan dan acuh tak acuh. Seperti, memanggil
orang tuli, mengajak tuna netra membaca, dan mengajak orang lumpuh bersepeda.
Apakah itu mungkin? Tidak sama sekali.
Rumit
memang. Namun mau dikata apalagi? Kau saja tak pernah mengerti, jadi dari mana
kita mengawali harapan-harapan yang ada? Tidak pernah ada awal dan akhir.
Kamu
itu mengingatkanku kepada cahaya bunga sakura yang kulihat saat di bulan april.
Mereka semua bermekaran dengan indah. Begitu istimewa, namun hanya sebentar.
Menunggu lama lagi, hingga mereka bermekaran cantik seperti semula.
Pohon
sakura berbunga satu tahun sekali, calon bunganya mulai terlihat sejak
pertengahan bulan Januari, tapi baru akan mekar pada awal April. Sakura yang
telah berkembang bertahan lama satu sampai dua minggu, lalu gugur dan
kelopak-kelopaknya terbawa angin.
Keindahan
sakura memang hanya sebentar, tapi karena itu dia begitu berharga.
Mengertilah.
-THE END.
Comments
Post a Comment