selamat membaca.



DIARY SI BAWEL

#Part si Bawel
    Hai! Selamat datang di diaryku! Diaryku ini berisi tentang semua curahan isi hatiku. Dari aku suka dengan siapa hingga sampai-sampai aku belajar untuk menyimpan rasaitu sendiri. Huh. Sedih.
    Aku suka sama seseorang, nama dia Panji. Dia merupakan sosok lelaki yang sangat aku idolakan. Aku mengenal dia saat aku ikut organisasi PRAMUKA di sekolah. Dia memang tak seterkenal dari anak-anak yang paling terkenal dikelas, namun bagaimanapun banyak juga yang menyukainya. Bahkan dari adik kelasku pun banyak yang mengidolakannya. Panji adalah anak yang humoris,pintar,religius, tapi dia selalu bertingkah yang tidak jelas. Unik, dan aku suka itu.
    Dia selalu bertingkah konyol didepanku, jadi terkadang aku ilfeel terhadapnya. Namun, aku tetap menyukainya. Hal yang aneh bukan? 
    Ohiya, hari ini adalah hari pertamaku mengajar adik kelas 7 loh! Aku sangat-sangat gembira akan hal itu, disisi lain, aku masih tak bisa terlepas dari Panji. Yang memang tak pernah bisa lepas dari benak ini.
    Pertama kali aku mengajar, aku mengajar di kelas 7.1 disana aku bertemu dengan para adik kelas yang masih lucu dan lugu. Aku sangat bersemangat untuk mengajar disini.
    Dan saat aku sedang mengecek apakah mereka semua menulis materi atau tidak, aku bertemu dengan adik kelas yang sangat bawel sepertiku. Namanya Dimitri. Dimitri adalah salah satu adik kelas yang cukup moody & pemalu. Dan aku sangat akrab dengannya. Layaknya kakak dan adik. Saat itu juga, obrolan kami cukup connect.

#Part Dimitri
    Selamat datang di diaryku! Hari ini aku bertemu dengan seseorang saat aku mengikuti ekskul Pramuka, namanya Kak Nadya. Anaknya lucu dan periang. Tapi ada ciri khas dia yang selalu identik dengannya. ‘si bawel’julukannya. Dia cantik, putih, bisa memberikan garis senyuman rasanya manis sekali, tapi aku belum terlalu dekat dengannya.
    Semenjak itu aku sangat bersemangat bila mengikuti ekskul pramuka. Ya karena Kak Nadya tentunya. Dan juga saat itu aku jadi semakin dekat dengannya, selalu bercanda berdua, sampai saat dimana aku memanggil dia ‘Kak Banteng’kenapa aku memberi julukan seperti itu? Karena pipi dia merah seperti banteng.
    Aku sangat senang bisa bertemu dengannya. Walau pada awalnya aku melihat dia hanya biasa saja. Ya seperti angin yang berlalu.

#part si Bawel
    Yeay! Hari ini hari jum’at! Berarti tandanya ekskul Pramuka akan mulai! Aku sangat senang dengan hal ini. Karena, di pramuka aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya rasa kasih saying antar sesama. Tanpa ada kata ‘cie’tanpa ada rasa musuh,dan tanpa ada rasa canggung antar satu sama lain.
    Saat aku membaca jadwal tugas untuk hari ini di papan tulis, aku tak kebagian tugas. Hm, inilah resiko menjadi bendahara disuatu organisasi.
   


Bunyi peluit keluar dengan keras. Tandanya apel untuk pembukaan ekskul pramuka, segera dimulai. Aku bersiap diri untuk mengikuti apel. Tapi, saat itu aku ditugaskan oleh Ketua untuk menjaga barisan laki-laki. Tanpa banyak pikir, aku langsung mengindahkannya.
Pada saat aku berdiri disamping barisan laki-laki, aku bertemu dengan dimitri. Sosok laki-laki dengan struktur tubuh yang tinggi dibandingkan dengan sepantarannya, dan juga yang selalu memakai jam tangan. Dengan senyum yang mungkin dianggapnya manis, dia memberikan senyuman itu dan berkata “hei kak, ngapain disini” cetusnya.
Aku langsung diam, namun agak sedikit kesal karena kecetusannya kepadaku. Tapi aku berusaha menjawab “aku ditugaskan disini, sudah diam. Apel sebentar lagi akan dimulai”lalu sejenak dia diam. Namun dia berbicara lagi “kak, ngajar di kelasku dong”aku hanya terdiam. Ingin bicara namun mulutku rasanya seperti terkunci? Sungguh aneh.
Setelah apel selesai, aku langsung menariki kas disetiap kelas. Saat aku masuk ke kelas 7.1 mereka semua histeris, layaknya orang yang sedang menaiki roller coster kemudian mereka dihempaskan ke sudut-sudut yang menegangkan. Aku hanya bisa melihat dari sisi keanehan. Mengapa mereka sebegitu antusiasnya ketika aku masuk kekelas ini? Tapi akhirnya aku memecah keanehan ini “halo, fans” “huu, dasar kak Nadya”senada dengan kata itu, mereka pun tertawa bersama. Melihat mereka, tak sedikitpun aku melihat bahwa tak ada bekas luka yang mendalam ataupun kesedihan yang tertinggal.
Setelah ekskul pramuka hari ini berakhir, untuk menutupnya diadakan apel sore. Dan saat itu juga lagi-lagi aku ditugaskan untuk menjaga barisan laki-laki. Dan lagi-lagi pun aku bertemu dengan Dimitri. Si laki-laki berbadan tinggi namun nyalinya tak setinggi itu.
Saat persiapan apel, dia mengajakku mengobrol. Entah apa yang dia obrolkan, namun aku merasa cocok. Kami sama-sama paham namun tak mengerti apa yang diobrolkan. Sama-sama tidak beres. Saat itu, aku bilang bahwa ‘kamu adalah anak buahku, dan kamu harus tunduk kepadaku’dengan nada yang mengejek, diapun ikut membalas ‘dasar kak banteng’ lalu aku menimpalinya ‘maksudmu?’ ‘ya kan kakak dewan penggalang yang satu ini memiliki 1 pasang pipi yang selalu memerah dimanapun dan apapun keadaannya. Dan saat aku melihatnya aku selalu teringat kepada hewan bernama banteng, yang selalu identik dengan warna merah, jadi itu adalah julukkan yang cocok untuk orang sepertimu.’
 Akupun mengernyit denga rasa bingung, tak paham namun harus ku pahami. Dan aku berpikir bahwa, sebegitu pentingkah julukan itu sampai-sampai dia menjabarkan isi dan maksud julukan itu. Aneh sekali.
Ketika pulang, aku menyempatkan diri berbicara dengan Dimitri dan berakhir ‘hei, kau anak buahku. Sana pulang’. Tapi pada saat itu, tepat sekali aku sedang ditemani oleh Caitlin. Dan saat itu juga, dia mengira bahwa aku ada kedekatan khusus dengan Dimitri “hei kamu, cie sama adik kelas” “ih apaan si Cat” “cie sukanya sama yang lebih muda”aku hanya bisa diam. Diam dalam kekesalan.
Caitlin memang manusia yang aneh. Hanya dia yang bisa membuatku tertawa walau gara-gara dia juga aku emosi. Dan tidak jarang juga, dia selalu mengeluarkan lelucon-lelucon yang konyol demi menghibur teman. Dan aku bersyukur memiliki teman seperti dia.


#part Dimitri
    Hari ini aku bertemu lagi dengan Kak Nadya, kakak kelas yang memiliki pipi merah merona disetiap harinya. Lucunya, dia selalu menjadi Kakak DP pujaan anak-anak kelasku. Mungkin, karena dia merupakan perempuan yang selalu bertingkah konyol, tomboy dan lucu. Nyentrik, namun percaya diri. Dan kami semua suka atas hal itu.
    Dan konyolnya lagi, saat apel dimulai dia selalu berdiri tepat disebelahku. Muka dia terlalu lucu untuk ditertawakan, sehingga ketika selintas aku melihat wajah dia aku hanya bisa menahan tawa dan berbicara didalam hati ‘tolong tahan tawa ini, aku tidak tega tertawa didepannya’. Lucu sekali.
    Tetapi, saat pulang pramuka. Temannya memanggilku dan berbicara ‘hei Dimitri, ada salam nih dari Nadya’. Aku hanya bisa terheran dan diam.
    Sejak saat itu, rasanya teman-teman mengira kalau aku suka kepada kak Nadya. Ya, semenjak teman kak Nadya berbicara seperti itu, teman sekelasku hanya bisanya meledekku dengan lelucon seperti itu, padahal itu sama sekali tidak lucu.
    Aku semakin merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini, keadaan dimana aku selalu mendengar nama kak Nadya yang selalu dilontarkan dari celotehan teman-teman. Untuk menghindari ini semua, lebih baik aku diam, dan jaga jarak dengan kak Nadya. Supaya, tak ada lagi kata-kata kalau aku suka kak Nadya, karena realitanya tak seperti itu.

#part si Bawel
    Hari minggu sudah terlewati, dan hari ini hari Senin. Hari yang kebanyakan membuat semua siswa menjadi malas untuk menjalani rutinitas setiap harinya.
    Dan hari ini sungguh berbeda dari biasanya. Dimitri yang biasanya selalu ramah kepadaku, tiba-tiba dia menutup diri. Selalu diam bila aku lewat didepannya, yang jelas-jelas dia melihatnya juga. Selalu berekspresi datar ketika aku memberi lelucon dikelasnya bila sedang ekskul pramuka.
    Dan semuanya berubah 180o dari biasanya. Dia yang selalu dekat denganku seperti layaknya kakak dan adik, kemudian berubah menjauh seperti tom dan jerry. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang membuat dia menjauh dariku? Yang membuat dia sekarang menjadi dingin kepadaku?
    Setelah kupikir-pikir ternyata ini semua ulah Caitlin. Dia yang menyebarkan gossip kalau aku dan Dimitri saling suka. Dan itu sebenarnya tak benar. Aku kesal. Dan langsung bicara kepada Caitlin ;
“hei Cat. Kenapa kamu keterlaluan seperti ini?”
“hey, Nad. Ada apa? Kok baru dateng, masih pagi-pagi ekspresi wajahmu seperti banteng mengamuk? Ada apa sih” “bagaimana aku tidak kesal. Semua ini karena ulahmu tahu!”
“apanya?”
“gara-gara kamu, Dimitri jadi menutup diri! Tidak mau berbicara denganku lagi! Sepertinya dia marah karena ulahmu yang berbicara bahwa kami saling suka. Padahal semua itu fiksi. Bukan kenyataannya tahu!” masih dengan nada kesal.
“cie yang nyariin Dimitri, kangen yah ngobrol sama dia? Cie... toh juga emang bener kan kamu sama dia sama-sama suka? Hayo... udah ngaku aja”
“kamu itu, udah sok tahu masih aja ngeyel! Kamu itu keras kepala banget sih, bukan kamu yang ngejalanin. Tapi kamu merasa tahu sekali tentang hal ini! Aku saja tak mengerti apa yang terjadi dengan semuanya.”
“ya itu, karena kamu terlalu sering merasakan efek status sendiri yang berkepanjangan. Atau ya... bisa dibilang jomblo gitu deh. Coba deh, fikir lagi. Apa yang kamu selalu rasain kalau deket sama Dimitri?”
“biasa aja”                                     
“itu karena kamu ngerasainnya gak pake hati. Coba deh, dengan hati yang tulus dari dalam diri kamu, kamu rasain apa yang seharusnya kamu rasain kalau deket sama Dimitri.”
“ah udahlah gak usah dibahas lagi. Aku males dengernya”
“males-males tapi suka merhatiin kan? Hayo...”
“ih apaansi”
Dengan tutur kata yang sudah melemah, aku pergi melangkah menjauh dari Caitlin. Itu upayaku agar dia diam berbicara tentang Dimitri lagi.

#part Dimitri
    Hari ini, aku bertemu dengan Kak Nadya. Dia terlihat lemas sekali, ada apa? Mengapa dia berbeda dari yang biasanya? Sepertinya ada seseorang yang membuat dia sedih, namun siapa ya? Ah sudahlah. Lupakan Kak Nadya.
    Pada saat istirahat, aku bertemu dengan seseorang. Dia bernama Berma. Seorang gadis yang imut dan berumur sepantaran denganku. Dia berada di kelas 7.3, selain dia imut dia juga lucu. Aku selalu suka senyumnya, walau aku belum terlalu kenal dengannya.


#part si Bawel
    Kata teman curhatku bernama Nabila yang juga sekelas dengan Dimitri, bahwa sepertinya Dimitri sedang menyukai orang lain. Entah siapa, dia belum tahu. Yang jelas, sepertinya Dimitri sudah move on dariku.
    Pada waktu itu juga, sempat Nabila berbicara kepadaku bahwa sebenarnya Dimitri ingin mengungkapkan perasaannya kepadaku. Namun tidak jadi ;
nih ya kak, sebenarnya tuh Dimitri mau ngungkapin perasaannya selama ini ke kak Nadya. Tapi, dia malah bilang ‘udahlah Kak Nadya sama yang seumuran aja. Sama yang lebih baik dibandingkan aku.’ Gitu. Kan ya udah ya, dianya gak jadi nembak. Eh malah sekarang lagi suka sama anak kelas 7.3”
“eh, eh…. Emangnya nama anaknya siapa?”
“cie kepo… kepo itu tanda perhatian loh kak…”
“ih apaan si, ya udah gak jadi deh. Aku tarik pertanyaanku yang tadi..”
“eh eh… jangan ngambek dong kak. Hehehe, kan aku Cuma bercanda. Namanya kalo gak salah Bema”
“oh”
“cie ngambek..”
          Hm... seraya menarik nafas dalam-dalam. Mengingat musim panas ini terlalu berat dijalani. Ditambah dengan keadaan seperti ini. Aku hanya bisa mengingat masa-masa dimana aku masih dekat dengan Dimitri. Yang selalu saling menyapa bila bertemu. Yang selalu bertukar senyum dan juga yang selalu bercanda. Ah mengingat itu, malah hanya membuatku semakin tenggelam dalam beratnya musim panas kali ini.

#part Dimitri
    Teman-temanku menyuruhku untuk mengungkapkan semua rasa isi hati kepada Kak Nadya. Aku hanya bisa berekspresi datar dan berbicara;
“nih ya nab, aku bilang sama kamu, ini aku udah jujur. Aku itu gak pernah suka sama kak Nadya, aku hanya menganggap dia sebagai Kakakku saja. Sudah, tidak lebih.”
“nih ya, kamu jujur aja. Masa sih, kamu gak ada rasa sama Kak Nadya”
“dih Nabila, kamu kok maksa banget sih? Emang kenyataannya begitu. Toh juga aku sama kak Nadya gak seumuran. Mending, kak Nadya sama yang seumuran aja dan yang lebih baik lagi. Kan banyak, gak Cuma aku doang. Lagian juga sepaksa apapun kalo kamu kaya gini jugaau tetep gak ada rasa. Kan juga aku nganggepnya hanya sebagai Kakak aku aja. Udah itu aja gak lebih. ”
“kamu juga lagi suka sih yah sama Bema”
“aku gak pernah suka sama dia, hanya sekedar teman biasa, dan aku tak pernah berpacaran dengannya. Karena aku jomblo.”
“tapi kok, kamu selalu diam saja kalau bertemu dengan kak Nadya. Seperti ada sesuatu?”
“aku diam dan lebih baik menghindar bertemu dengan kak Nadya karena aku malu. Malu selalu diejek kalian. Aku tahu, setiap aku bertemu dan berpas-pasan dengan kak Nadya pasti kalian akan berucap ‘cie’ atau sejenisnya. Aku malu. Mengerti?”
“ohgitu”
          Hanya Nabila, perempuan yang ngotot kepada seseorang agar dia nembak kepada seseorang yang tak pernah ia sukai.

#part Si Bawel
    Tak pernah kuduga, aku bertemu denganmu. Bertubuh tinggi,dan yang selalu mengeluarkan lelucon konyol. Walau aku bawel, kau memberikanku julukan banteng, namun apakah kau tahu? Disini aku berharap, semoga aku akan selalu bertemu denganmu. Karena kau takkan terganti.
    Aku tak pernah ingin mengatakan sayonara kepadamu. Karena hati ini sudah terlanjur sayang kepadamu. Namun aku percaya sakit ini pasti perlahan akan memudar dengan seiring berjalannya waktu.
    Kau berdua, yang telah membuatku jatuh cinta. Membuatku bangkit dan jatuh. Dan aku hanya berusaha sendirian untuk bangkit lagi. Karena aku tahu, kalian tak pernah tahu. Panji dan Dimitri, dua sosok yang berbeda. Namun tetap sama didepan mataku. Dan kali ini, aku mengakui bahwa aku juga menyukaimu, Dimitri.

#part Dimitri
    Hari-hari, setiap aku jalani aku selalu melihat kak Nadya bukan sosok yang seperti dulu, periang dan selalu bercanda denganku. Merasakan hal yang aneh. Namun aku harus berbuat apa? Aku hanya adik kelasnya, dan tak berhak berbuat apa-apa. Lebih baik aku diam seribu bahasa, dibandingkan mengeluarkan satu kata yang memang tak berhak kuucapkan.


-The End

Comments

Popular Posts