Chapter 2 : There's nothing wrong with you, Kirana
[ Sekuel pertama dari cerita bersambung, "Meeting yOu was a nice accidenT" ]
***
Cling!
*You're match with Ringgo*
"Eh?"
"Kenapa lo, Ran?" sahut Tari dari sebelah.
"Nggak, nggak apa-apa. Ini tadi gue salah pencet hehe,"
"Oh, kirain..."
Kirana Gantari Pramudya. Gadis berdarah asli jawa tengah ini sedang merayakan pertambahan usia ke 22 tahunnya bersama Tari, Guntur dan Iky. Teman karib kirana sejak mereka berempat duduk di bangku kuliah semester pertama. Guntur menamai mereka berempat sebagai 'Genggong', kedoknya supaya unik dan lebih bonding. Saat ini mereka sedang berduduk santai menatap indahnya gedung-gedung tua kota Yogyakarta di jalan gejayan sambil menikmati wedang ronde langganan mereka.
"Ran, lo nggak mau cari pacar apa? Umur 22 tahun masa nggak pernah deket sama cowok sekalipun sih," tanya Iky sambil menikmati sepotong kue ulang tahun.
"Halah ky, sok-sokan ngomongin relationship, lo aja masih belum bisa move on dari Gina," celetuk Guntur sambil terbahak-bahak yang memang hobinya selalu menguji kesabaran Iky.
Tari sambil mengenyampingkan sling bagnya kemudian ikut berpendapat, "Eh tapi bener sih kata Iky, lo nggak mau buat nyoba deket sama cowok gitu, Ran?"
"Hum, sebenernya ya temen-temen, gue baru aja semalem download dating apps, HAHA"
"HAH?!" balas guntur dengan nada tinggi nya karena Kirana berhasil membuat ketiga temannya terkejut perihal ini.
"Hehehe, iya gue nyoba-nyoba aja, abisnya gue bosen ngobrolnya sama kalian mulu,"
"Terus-terus, udah ada yang match belum?" telisik Iky penuh dengan rasa penasarannya.
"Sebenernya ada sih, kayak 2 orang gitu, tapi belum mulai gue chat, bingung mau ngomongin apa. Kalian ada masukkan nggak, para hadirin sekalian," ucap Kirana dengan warna pipinya yang kini mulai berubah menjadi warna merah muda cerah.
"Ya nggak usah sampe blushing gitu dong kak, namanya dating apps ya, gue kasih tau nih. Jangan pernah catching feeling duluan! Nanti lo ribet sendiri. Percaya sama gue," balas Tari.
"Iya, nggak lah. Gue juga main ini karena iseng aja, kan lo pada udah pernah pake dating apps kan, gue tuh terinspirasi dari kalian tahu. Kecuali guntur sih, dia kan si langganan selalu dideketin cewe, bukannya ngedeketin," sambil melirik ke arah guntur, Tari dan Iky pun ikut terkekeh mendengar ucapan Kirana.
"Kalo gitu, coba chat aja kali Ran. Siapa tahu, diantara mereka berdua ada yang satu frekuensi sama dodol nya kaya lo," celetuk Iky.
Tangannya yang sedari tadi sedang sibuk menyendok bulatan lembut sagu mutiara dari wedang ronde miliknya kini mulai meraih telfon genggam dan mencoba untuk masuk kembali ke dalam dating apps yang sedari tadi Kirana bicarakan.
"Uhm, chat apa ya. Say hello aja kali ya, terus tanya 'how's your day?' HAHA basic,"
"Yang basic-basic dulu aja Ran, nanti kalo lo langsung keluarin jurus jitu lo, semua orang nyangkut, lo nya yang keteteran," ledek Iky.
"Okay deh, let's see,"
"Nanti kalo ada perkembangan, kabarin kita ya, harus!" ucap Tari dari samping sambil menepuk bahu Kirana yang mungil.
Malam itu cukup temaram, hanya ditemani oleh penderangan lampu jalanan serta bulan juga bintang-bintang disekitarannya. Setelahnya berbincang, Genggong pun bergegas untuk membayarkan pesanan wedang ronde mereka ke Mbok Lirah. Mbok kesayangan Genggong karena racikan wedang rondenya merupakan racikan terenak yang pernah mereka cicipi.
Satu per satu dari Genggong mulai masuk ke mobil sedan berwarna abu-abu milik Kirana. Kini giliran Kirana yang akan mengemudi, dengan disampingnya ialah Guntur, Tari serta Iky berada di kursi tengah. Guntur sengaja membuka moonroof karena tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan full moon pada malam itu.
"Kita mau kemana lagi ini?" tanya Kirana.
"Kayaknya pulang aja nggak sih? Atau mau main ke apart lo aja Ran?" jawab Tari.
"Ya boleh sih, kalian masih pada kuat emangnya? Ini kan udah jam satu pagi, mana besok kita juga ada kuis,"
"Lagian, kayak kita si paling belajar demi kuis," celetuk Iky dari kursi tengah.
"Iya sih, yaudah kalo gitu gas ke apart gue ya,"
***
Dringgg!
"ANJIR JAM 8, BANGUN WOY," teriak Kirana sambil menepuk bahu Tari serta melempar bantalnya ke arah Iky dan Guntur.
Kelopak mata Tari perlahan terbuka, sambil menutupinya menggunakan lengan berusaha menghindari cahaya matahari yang sudah mulai masuk ke balkon apartemen,
"Aduh? Apaan sih anjir, ini kan hari minggu. Jangan heboh deh, bisa?" sahut Tari.
"Ya minggu sih, tapi lo lupa hari ini kita ada kuis dari dokter Laras?"
"MAMPUS DOKTER LARAS!" sebut Iky beserta nada penuh kepanikannya.
"Aduh! Gue harus ngapain dong?" tanya Iky kembali dengan ketar-ketir.
"Ya mana gue tau! Gue aja ini baru banget bangun bambang," jawab Tari yang masih dalam kondisi setengah sadar.
"Yaudah deh santai aja, kan ada Guntur," ucap Kirana sambil melirik Guntur yang masih tergeletak di atas sofa ruang tengahnya.
"Ya, ya. Nanti coba gue minta keringanan dari Ibu. Yaudah sih, santai aja guys. Mending lanjut tidur lagi," sahut Guntur dengan santai nya sambil menarik kembali selimutnya menutupi seluruh badan.
"Untung aja punya temen anak dosen," ujar Tari penuh syukur.
***
Jarum jam menunjukkan pukul 3 sore. Tari, Guntur, serta Iky sudah meninggalkan apartement Kirana sekitar 1 jam yang lalu. Kirana termenung sejenak melemparkan pandangannya ke setiap sudut area di apartementnya. Sepi ya. Tidak pernah ada rasa menyenangkan menurut Kirana selain di dalam keramaian bersama teman terdekatnya atau pun dalam lingkup keluarga. Sayang, di umur Kirana yang sudah menginjak kepala dua, Ia tidak bisa merasakan kembali bagaimana seutuhnya menjadi sebuah keluarga. Aaron Pramudya, pria paruh baya berkebangsaan Belanda dan Indonesia ini keberadaannya sudah tidak ada di Indonesia, terutama daerah Yogyakarta. Dulu, Ibu nya selalu menjelaskan bahwa saat Kirana beranjak ke usia 10 tahun, ayahnya masuk ke dalam kondisi rindu dengan keluarga asli nya yang menetap di Belanda, yang pada akhirnya membuat Ibu mengikhlaskan ayah untuk pulang kampung, sayangnya hal itu terus berlanjut hingga sampai saat ini.
"Hum, kangen Ibu," gerutu Kirana.
Cling!
Why not message Ringgo? You never know what sparks may fly!
Tidak seperti biasanya, irama detak jantung Kirana mulai tidak beraturan. Lebih cepat dari biasanya. Padahal hanya sebatas membaca notifikasi dari sebuah dating apps yang baru semalam Ia unduh. Ngapain sih kok gelagapan sendiri, kan gue cuma iseng doang.
Dengan jari jemari Kirana yang telah Ia letakkan diatas layar telfon genggam berwarna hitamnya, Kirana mulai menyakinkan diri bahwa Ia tidak akan menganggap hal ini sebagai suatu tindakan yang cukup krusial di dalam hidupnya.
"Hi Ringgo! Nice to match you,"
7 minutes later
Cling!
"Nice to match you too, doc! Lagi jadi dek koas ya sekarang?"
Mampus, kok gue salting?
****
Comments
Post a Comment