Kelanjutan dari cerpen sebelumnya, GONE 1 dan GONE 2. selamat membaca.
G.O.N.E 3
“SEKARANG AKU
DIMANAA??!!” suaraku mendadak gemetar. Aku menemukan diriku sedang berbaring di
sebuah ranjang cukup panjang berwarna putih, tertera di punggung tangan ada
sebilah jarum yang sudah tertancap dikulit. Tanganku terkulai lemas. Mataku pun
mendadak buram tak jelas ketika melihat sekelilingku. Sebenarnya apa yang
terjadi?
“kau berada di
rumah sakit mahisa ku sayang, sudah istirahat dulu. Nanti kamu kecapean.”
“tapi bu, memang
sebenarnya aku sakit apa? Kok aku bisa ada disini””
“kamu itu
kecapean, jadi disini deh.”
“bu, Raihan mana
ya? Kok aku gak liat?”
“Raihan, tadi
pulang dulu. Semalaman dia nungguin kamu. Mungkin dia pengen istirahat dulu
dirumahnya.”
“bu, kita bisa
keluar dari rumah sakit kapan?”
“besok juga bisa
kok.”
Dadaku rasanya
lega sekali. Mendengar kata ibu, aku bisa pulang kerumah besok. Dan aku sudah
tidak sabar datang ke makam saka. Rasanya aku rindu sekali.
Namun
anehnya adalah, bagaimana ibu bisa-bisanya menyempatkan sedikit waktunya
untukku. Yang aku tahu adalah ibu salah satu tipe orang yang sangat tidak suka
sesuatu yang tidak ada dalam jadwal dalam kalendernya. Asal tahu saja, kalender
Ibu adalah kotak-kotak tanggal yang penuh dengan coretan jadwal harian, tanda
silang untuk satu hari yang berlalu, dan rencana-rencana masa depan yang sudah
tersusun sedemikian rupa dan harus berjalan seperti seharusnya.
Dan aku
tahu, aku masuk rumah sakit itu tidak pernah ada dalam jadwal kalendernya saat
itu juga. Berharap, sikap ini hanya sebagai ungkapan rasa bahwa Ibu memang
sedang rindu kepadaku. Sepertinya.
-⩕-
Hari ini, dokter
sudah mengizinkanku untuk kembali pulang. Mobil yang mengantarku bersama Audrey
segera beradu dengan waktu untuk cepat sampai di makam Saka. Aku sangat rindu
Saka. Sangat-sangat rindu, rasanya aku sudah sangat lama tidak kesini. Dan
mungkin karena sudah 3 tahun dia meninggalkanku sehingga rasa itu bercampur
aduk.
Saat aku sedang
di makam, tiba-tiba handphone ku bergetar. Sontak mengagetkanku. Dan saat aku
memegang handphone, terlihat dilayar ada nama Raihan yang mengirimkanku SMS.
|
Jantungku
tiba-tiba terasa sakit. Sakit sekali ketika aku membaca SMS itu. Aku
benar-benar tak menyangka kalau Raihan akan setega ini denganku. Dengan orang
yang benar-benar sudah belajar mencintainya. Sudah benar-benar berusaha untuk
memprioritaskan dia dibandingkan yang lain.
|
Ekspresi wajah
ini sudah tak bisa ditebak lagi. aku ikut terhanyut dalam keadaan. Aku depresi.
Aku kehabisan akal sehat. Aku benar-benar sudah gila. Tak bisa mengatasi semua
ini sendirian. Curhat dengan Audrey pun seperti sudah tidak ada gunanya. Aku
tahu, Audrey pasti tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah merasakan
bagaimana rasa pahit seseorang yang ditinggal untuk kedua kalinya dengan orang
yang sangat ia cintai. Ia banggakan.
Setelah saat itu,
aku mengurung diri di kamar. Aku hanya bisa mengekspresikan emosi diriku lewat
diary. Aku berjanji kepada diriku, aku akan menutup diri dari dunia luar. Dunia
yang penuh dengan kejahatan. Rasanya aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
seperti sampah yang mengotori dunia saja.
Saat aku sedang
membuka macbook kesayanganku, tertera disana ada satu surel masuk untukku.
YOU is offline…..
|
Siapa dia? Aku
sudah benar-benar lelah dengan dunia ini. Kenapa aku harus dipertemukan lagi
dengan pria aneh macam ini?
-⩕-
Sudah pukul 10
malam dan aku masih terjaga. Gadis macam apa aku ini belum tidur padahal sudah
larut malam. Membaca buku pun sekarang sudah tidak ampuh lagi untuk membuatku
kantuk. Daripada aku kesepian, aku lebih baik membuka macbook ku saja.
Ketika aku sedang
asyik-asyiknya bermain tsumtsum
tiba-tiba ada notif satu surel masuk
untukku lagi.
…………….……………
|
Chatting ini berlangsung
hingga aku tak menyadari bahwa malam sudah semakin larut dan aku terlihat
amnesia. Lupa semuanya ketika aku sedang chat dengannya.
Dan sekarang
sudah pukul 2 malam lebih, dan aku masih online. Masih belum tersadar dari
insomnia dan amnesia. Saat aku akhirnya sadar bahwa aku sudah terlalu lama
insomnia, aku menutup macbookku dan sesegera mungkin untuk tidur beberapa jam
sebelum aku harus bangun untuk beraktivitas.
-⩕-
Hari ini, pagi
cukup mendung. Tertutupi awan hitam yang melintas seakan menyapa dengan
kejamnya. Pagi ini, aku berniat untuk mengunjungi makam Saka terlebih dahulu.
Karena, hari ini aku masuk lebih siang dibandingkan dengan hari biasanya.
Kali ini, aku
tidak sendirian. Audrey menawarkan diri untuk menemaniku ke makam Saka. Saat
sampai di pemakaman, aku tidak lupa memberi Saka bunga yang begitu indah. Yang
setiap 3-4 hari sekali aku ganti dengan yang lebih indah.
|
Aku semakin
terpancing rasa penasaran, seperti apasih Tobi? Sampai sebegitu takutkah Audrey
bila aku dekat dengan Tobi? Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dia di
kantin.
Tiba saat para
siswa menginjakkan kakinya di kantin, mataku pun langsung tertuju oleh satu
orang yang sangat berbeda dari anak-anak yang lain. Saat laki-laki itu merasa
bahwa sedari tadi aku pandangi, dia menghampiri ku. Aromanya begitu kuat. Ah, cologne lagi. aku menyukai bau cologne.
“hai mahisa
cantik”
“sok kenal. Maaf
mungkin beda orang.”
“ini aku, Tobi.
Bukannya kamu yang minta ketemuan ya? Kok kamu malah judes banget sih. Amnesia
gara-gara tadi malem insom? Haha”
“oh, kamu Tobi.
Pantas saja, tak heran kalau kau aneh. Bukan bahasamu saja yang aneh, tetapi
juga orangnya.”
“astaga, hahaha.
Kau ini, perempuan cantik lucu sekali. Haha. Aku tak bisa berhenti tertawa.”
“sepertinya
urat-urat tertawamu sudah putus. Tadi aku tidak bercanda. Apakah mukaku
terlihat sebercanda itu?”
“oh, maaf. Aku
kira tadi itu lelucon.”
“ya sudah aku
akan kembali ke kelas. Karena kita sudah ketemu, maka kita impas. Kau sudah
mendapatkan apa yang kau mau, begitu pula aku. Jadi jangan pernah ganggu aku
lagi.”
“eh, mau kemana?
Buru-buru amat. Sini dulu dong, kita ngobrol-ngobrol dulu. Ntar aku yang
bayarin deh.”
“aku gak pernah
suka di paksa. Jadi, jangan pernah berbuat yang macam-macam. Atau akan ku hajar
kau.”
“he/? Haha.
Kepedean banget sih kamu. Siapa juga yang mau jahilin kamu. Aku Cuma niat
nraktir kamu kok. Gak lebih.”
“gak”
“ayolah, sekali
ini saja. Selepas itu, aku akan menempati janjiki untuk tidak mengganggu mu
lagi. ayolah.”
“tidak.”
“ayolah manis..”
“simpan saja
bualan yang baru saja terlontar. Hm. Ok, aku akan menemanimu. Tapi setelah itu,
aku sangat memohon kepadamu. Jangan ganggu aku lagi.”
“ok cantik.”
Terakhir kali aku
mengobrol dengan seorang lelaki, hanya ayah dan Raihan. Aku tak pernah bisa
mengelak, bahwa aku terlalu mudah untuk ditaklukan oleh seorang laki-laki yang
berpenampilan unik. Entah itu Saka, Raihan, ataupun dengan laki-laki yang satu
ini. Tobi.
Padahal, aku
mengenal Tobi dari 2 hari yang lalu. Dan baru sekarang ini kita bertatap muka.
Duh, aku kenapa sih bisa terjebak dalam bualan Tobi. Padahal kan, Audrey sudah
memperingatkanku untuk tidak dekat-dekat dengan Tobi.
Tapi apakah
benar tentang semua pendapat Audrey mengenai sifat Tobi? Atau hanya sebagai
alasan agar aku tidak dekat-dekat dengan pria lain selain Raihan? Teman Audrey
sendiri. Memang Raihan masih peduli denganku? Aku sudah sakit hati dengannya.
Jadi, mau di apakan juga aku sudah muak.
Makanan dari
ma’e pun sudah datang. Kami semua
murid SMA STELLA DUCE memang suka
sekali memanggil ibu kantin dengan sebutan ma’e.
sebuah ciri khas tersendiri kata Tobi.
Pesanan kami
sudah datang. Aku dan Tobi sama-sama memesan mie rebus bercampur padu dengan
kornet gurih diberi potongan sayur yang segar dan satu telur rebus diatasnya
untuk melengkapi semuanya.
-⩕-
Kulihat,
sekarang jam 11.25 a.m. berarti, aku sudah menghabiskan waktuku 25 menit hanya
untuk berada di kantin bersama Tobi.
“kenapa
makanannya gak diabisin? Abisin dong. Masa aku nraktir kamu, kamunya gak abisin
sih.” Ketus Tobi.
“maaf,
tapi aku udah kenyang.” Sahutku.
“yaudah,
tapi nanti jangan ketagihan lagi ya buat ditraktir sama aku.” Jawabnya
dengan genit.
“uh
menyebalkan. Manusia macam apa kamu ini. Sudah, sampai sini saja. Omong-omong,
makasih atas traktirannya.” Jawabku dengan suara datar.
“sama-sama
cantik……” suara itu. Suara seperti ada sesuatu didalamnya. Sesuatu yang
membuatku curiga. Sebenarnya siapa dia? Manusia yang hanya bisanya membual, dan
berpakaian seperti orang freak tapi
aku melihatnya dari sisi yang berbeda. Setelah memakan itu, kepalaku sedikit
dilanda pening. Dan tiba-tiba ingin memakannya kembali.
-⩕-
Bel masuk
berdentang dengan nyaringnya. Suara itu, membuat gendang telingaku hampir ingin
pecah. Saat aku sedang duduk di bangku kelas, ingin mengambil buku sejarah
untuk mempersiapkan pelajaran selanjutnya, aku menemukan secarik kertas yang
diselipkan di buku fisika milikku yang tergeletak di meja.
Saat ku baca
siapa pengirimnya, ternyata itu dari.
Raihan.
Tapi, aku
memutuskan untuk tidak membukanya. Aku sudah muak tentangnya. Tentang semua
janji palsunya, bagiku Raihan tidak lebih sekedar pembohong ataupun pengingkar
janji. Saat itu, aku sudah benar-benar menutup lembaran kisah bersama Raihan.
Dan surat itu, aku simpan dalam lokerku. Menyimpannya untuk selama-lamanya.
Saat pulang,
aku menemukan Tobi dan kawan-kawannya tepat berada di ambang pintu gerbang
sekolah. Dalam hati aku hanya bisa bicara,
tolong
manusia aneh. Jangan ganggu aku lagi. tolong. Semoga, saat aku membuka mataku,
manusia-manusia itu sudah lenyap di makan marcelline. Siluman jadi-jadian.
Tiba-tiba,
saat aku membelalakan mata, wajahku bertemu dengan wajah Tobi. Aroma ciri khas
dari dia, cologne bercampur dengan
epik dengan aroma kejantanannya membuatku sedikit canggung. Aku tak pernah
sedekat ini dengan pria manapun. Saat itu juga, aku berusaha untuk mengambil
langkah mundur dan memutuskan untuk kabur ke antartika. Namun, aku tak bisa. Tangan
Tobi yang sangat besar dan kekar itu menahanku hingga aku tak bisa kemana-mana.
“hei, mau kemana. Terburu-buru.
Aku perhatikan, kamu kurang suka bergaul ya? Kayaknya gak ada temen satu gitu,
cewek atau siapa yang ngobrol bareng
sama kamu?” goda Tobi.
“bukan
urusanmu” jawabku datar.
“kamu jangan
sombong-sombong dong.” Aku hanya bergeming. Di situ, hanya terdengar suara
knalpot motor dan mobil yang saling bersahutan.
“ok deh kalo
kamu gak mau ngobrol di sekolah, nanti jangan lupa ya bales surelku. Hehehe” jawabnya dengan penuh
canda.
“manusia
macam apa kau, baru beberapa menit yang lalu kita sudah sepakat bahwa tak ada
hubungan lagi satu sama lain. Tetapi sekarang kau itu bak orang yang mengalami
amnesia stadium akhir.” Omelku.
“tapi aku
gak bisa jauh-jauh dari kamu. Hehehe”
“dasar
pembual.”
Saat itu,
Tobi melepaskan cengkraman tangannya dari pundakku. Entah apa yang ada
dipikiran, tapi sejak saat itu, bayangan yang mengguncangkan pikiranku.
Bayangan yang cukup berbeda dari Saka dan Raihan. Kedekatan itu. Kedekatan yang
sangat begitu terasa di hati. Yang hanya membuatku tersenyum kecil ketika
mengingat kejadian itu.
Jam-jam
seperti ini, biasanya aku membuka macbook kesayanganku. Tetapi, kali ini
berbeda. Aku sengaja, karena aku takut bila Tobi benar-benar mengirim surel lagi. aku takut bila aku harus
bertukar sapa dengan Tobi. Aku baru mengenalnya belum sampai 4 hari.
Hatiku
berderu dengan semuanya. Rasanya ingin sekali membuka macbookku, tapi aku tidak
bisa seperti itu. Aku sudah berjanji dengan Audrey bila aku harus menjauhi anak
ini. Tapi, realita tak seperti yang diharapkan. Tiba-tiba, tanganku
merefleksikan otakku untuk membuka macbook kesayanganku ini.
Kontan saja,
pemberitahuan surel sudah beranjak ke
angka 5 surel masuk. Dan pemilik akunnya
pun masuk online.
………………………………………………..
|
Percakapan
itu terus berlanjut-berlanjut-dan terus berlanjut hingga aku tak sadar bila aku
dan Tobi sudah berpacaran selama 3 minggu. Dan kabar itu nyatanya mengagetkan
semua orang, terutama Audrey. Orang yang pertama kali sudah tidak setuju saat
aku bertemu dengan Tobi.
“APA?! Kamu
udah jadian sama tobi? Kapan!” dengan suara lantang.
“nyantai
drey, aku sama Tobi udah pacaran dari 3 minggu yang lalu.” Jawabku pelan.
Aku tahu,
seberapa bahayanya seseorang ketika dia akan diterjal oleh binatang buas.
Begitulah aku saat ini.
“kamu kok
mau sih sama Tobi? Aku udah pernah bilang kan sama kamu, kalau Tobi itu anak
gak baik! Dia itu bener-bener berandal. Dia udah masuk ke daftar anak yang akan selalu dicari oleh guru
BP tahu! Dan kamu masih mau sama dia? Astaga mahisa!” dengan ekspresi muka
memerah.
“aku suka
dia karena ya aku sayang dia. Dan dia gak kayak Raihan. Cuma obral janji, gak
ditepatin. Bukti, sekarang Raihan udah pergi. Ninggalin aku pas waktu aku
sakit. Huh.”
“kamu itu!
Keterlaluan!”
“loh? Memangnya
kenapa?” heran.
“sudahlah
lupakan. Sekarang yang terpenting, aku udah bilang sama kamu. Aku udah
bener-bener nasihatin kamu supaya lebih baik dari sekarang. Lebih baik kamu
jauh-jauh dari anak bermasalah itu ketimbang kamu harus nanggung akibatnya suatu
saat!”
Kenapa
tiba-tiba seorang Audrey yang manis dan pendiam menjadi wanita yang garang dan
pemarah? Memangnya, ada apa dengan Tobi? Toh,
Tobi adalah anak yang setia walau suka membual.
Dan kali
ini, kali pertamaku bisa melupakan seseorang secepat kilat.
-⩕-
Pertama kali
dalam seumur aku berada di SMA ini, akhirnya aku bisa berbaur dengan yang lain.
Walau, mata-mata itu memicing ke arahku. Mata-mata yang menandakan bahwa mereka
tidak suka bisa aku berpacaran denganTobi. Dan mulai dari situ, gossip-gosip
bermunculan entah dari mana.
Gosip-gosip yang beredar pun beragam, ada yang mengatakan bahwa
aku yang menembak Tobi duluan, dan Tobi menerimaku karena belas kasihan.
Adapula yang berbicara bahwa aku menyukai Tobi karena ada maunya.
Tapi, aku tak
perduli. Aku tak akan pernah menggubrisnya.
Dulu, saat aku berpacaran dengan Raihan, aku tak pernah memilikit teman,
kecuali Audrey. Tapi setelahnya, aku sekarang memiliki teman untuk mengobrol
dikelas, mengajak bersama-sama untuk membeli makanan di kantin, atau pun
sekedar bersenda gurau. Dan mereka semua adalah teman Tobi. Tobi, hampir
memiliki teman disetiap sudut sekolah ini.
Dan karena
itu juga, sekarang, semuanya berubah. Dulu aku seorang anak yang tak pernah
dianggap keberadaannya, sekarang kondisinya sedikit lebih membaik. Dulu adalah
dulu. Sebuah kenangan yang sangat pahit rasanya. Dan karena ini, aku sangat
merasa bahwa aku bisa begini karena aku merasa dicintai oleh Tobi. Menyayangi
tanpa ada janji yang diingkari. Dan hal-hal ini sudah cukup membuatku untuk
tidak lagi berfikir bahwa ini sudah kiamat karena putus dengan Raihan. Hingga
sekarang, kebahagiaan ini sedang senang-senangnya menghinggapi pikiran, hati,
dan jiwaku.
Bahagia itu
pasti ada waktunya, berbahagialah karena semua itu pasti sangat membuat kita
berbunga-bunga. Tetapi percayalah, kesedihan sudah siap menunggu didepan. Entah
kapan datang menghampiri, tetap berdirilah walau kau sedang dalam keadaan
sejatuh-jatuhnya.
-TO BE CONTINUED.
Comments
Post a Comment