Claires.

     

    Claires tidak pernah melupakan segala cerita yang terjadi didalam kehidupannya. 24 merupakan angka yang tidak kecil bagi Claires, ia masih memiliki banyak tuntutan untuk menjadi seorang perempuan yang sukses, yang mampu membahagiakan kedua orang tua dan juga kakaknya, Reyno.

***

    Tepat di hari ini, Claires menapaki umur yang baru. Suka cita terus terjadi di hari ini, tanggal 25 bulan September. Teman Claires masih terus bergilir masuk ke dalam rumahnya hanya untuk sekedar mengucapkan, 'Selamat ulang tahun claires' seraya memberikan Claires beberapa hadiah. Claires tidak berhenti untuk terus bersyukur atas apa yang telah ia rasakan saat ini. Rasa hangat, nyaman serta rasa yang begitu bahagia nya karena masih banyak orang-orang yang bahkan masih mengingat hari lahirnya.

    "Clairesss, main yuk keluar?" tanya Jelia.

    "Eh iya tuh, kita makan keluar nggak sihh, Gue deh yang traktir," sahut Gaza.

    Jelia dan Gaza merupakan teman kecil Claires. Mereka berteman sejak masing-masingnya baru berumur 5 tahun dan mereka masih berteman hingga saat ini meskipun dari ketiganya berada di 3 Universitas yang berbeda dengan jurusan yang berbeda pula. Dulunya, Gaza pernah menaksir Claires, namun hal itu ditolak mentah-mentah oleh Claires karena menurutnya Gaza hanya 'lapar hati' saja ketika melihat Claires.

    "Nggak deh, mager banget keluar. Mending gue masakkin pasta aja gimana?"

    "Yaelah bosen banget, main sama lo makan pasta mulu udah kaya makanan pokok," cela Gaza.

    "Eh jangan gitu bodoh, lo aja bisa naksir sama Claires dulu kan karena dia pernah masakkin lo aglio olio terus lo langsung kesemsem deh," balas Jelia sambil tertawa terbahak-bahak.

    *cling cling*

    "Clay, ada yang nelfon nihh. Berisik banget hp lo dari tadi dikamar gue," Reyno tiba-tiba muncul di ruang tamu semakin memecah suasana. Jelia yang diam-diam sebenarnya menaruh perasaan terhadap Reyno, wajahnya memerah seraya tipis-tipis menyapa Reyno.

    "Hai bang Reyno..." sapa Jelia.

    "Eh, hai Jelia! Apakabar lo? Udah lama banget nggak liat,"

    "Iya nih bang, aku lagi sibuk sama kuliah, disuruh bikin maket mulu,"

    "Hahaha, semangat deh yaa! Salam buat kakak lo juga Jel," sahut Reyno sambil menepuk perlahan puncak kepala Jelia. Pipi Jelia semakin memerah, namun setelah mendengar Reyno menitipkan salam untuk kakaknya, pipinya perlahan meredup. Ia tahu, sebenarnya ada hubungan yang janggal diantara Reyno dan juga kakaknya, Pricill.

    "Guys, bentar ya gue angkat telfon dulu,"

    "Okey Clay!" jawab Gaza.

    "Eh!! Jel, lo kenapa sih, mendadak bengong abis ngobrol sama bang Reyno. Lagi ngimpiin bang Reyno ya? Jangan ngarep dehh!! Umur aja udah ja-"

    "Ssstt, berisik banget sih Gaz, kebanyakan makan gula ya lo? Hyper amat," ketus Jelia.

    ***

    "Halo?"

    "Hai Claires,"

    Claires sejenak tertegun. Suara yang ia dengar saat ini, suara yang sangat tidak asing baginya. Suara yang paling ia tunggu-tunggu, suara yang begitu khas dengan logat daerah asal orang tersebut. Suara laki-laki yang saat ini masih terus membuat Claires menunggu. Menunggu apakah laki-laki ini akan pulang di hari lahirnya.

    "Oh... Hai James," jawab Claires dengan lembut.

    "Tanjoubi Omedetou Gozaimasu, Clay"

    Claires tersenyum masam, sudah benar dugaannya jika laki-laki yang ia tunggu sejak pagi hari ini ternyata tidak datang, bahkan hanya untuk menapaki halaman rumahnya sekalipun.

    "Arigatou,"

    "Maaf saya tidak bisa datang ke Jogja. Saya saat ini sedang ada pertandingan di California dan sekarang saya menelfon kamu dengan nomor baru,"

     "Pertandingan surfing?"

    "Iya. Maafkan saya ya, saya masih belum bisa menepati janji untuk datang menemui kamu di hari ulang tahun mu."

    "Aku udah tahu, kamu pasti nggak akan dateng. Sama kayak tahun-tahun sebelumnya."

    "Saya baru pulang tahun depan, Clay."

    "Nggak apa-apa. Anyway, may i ask something to you?" jawab lugas Claires sambil menahan rasa gugup. Karena sejujurnya, pertanyaan ini sudah ia pendam sejak 6 bulan yang lalu setelah lagi-lagi James pergi keluar negeri untuk melakukan pertandingan surfingnya.

    "Sure,"

    "Menurut kamu apakah hubungan kita akan berhasil?"

    "Kamu mau jawaban jujur dari saya?"

    Claires mengangguk perlahan sambil menggigit bibirnya, " Iya, James"

    "Sepertinya tidak, Clay. Tapi saya masih bertahan agar kita tidak saling runtuh satu sama lain. Demi kebaikan kita berdua."

    "Maksud kamu 'demi kebaikan kita berdua'?" ulang Claires untuk memperjelas apa yang baru saja diucap oleh lelakinya itu.

    "Saya tahu semenjak ayah kamu sudah tidak ada, kamu berubah Clay. Dari situ, saya tahu kamu sangat kehilangan laki-laki yang selalu menyayangi kamu tanpa 'tapi'. Saya bertahan agar kamu ingat bahwa kamu harus kuat dan kamu tidak sendirian."

    "Lalu, untungnya kamu apa, James?"

    James berdesis, perlahan mempertegas kembali pernyataannya, "Untungnya saya bisa lihat kamu setiap hari, Clay. Saya masih dapat mendengar kabar dari kamu. Saya tahu, kita sama-sama sibuk dengan urusan kita masing-masing, tapi bukan berarti saya berhenti untuk sayang sama kamu, Clay."

    "Tapi James, justru aku merasakan hal yang sebaliknya dari yang kamu barusan ucapin ke aku."

   "Hahaha, karena saya cuek ya? Kamu jadi mengira saya udah nggak sayang sama kamu lagi?"

    "Rani telfon aku, James,"

    Glek!

    "R-rani?"

    "Iya, teman SMA kita dulu. Rani udah cerita semua nya sama aku. Awalnya aku fikir dia bakal ucapin happy birthday ke aku or basa-basi lainnya, tapi ternyata aku denger cerita yang pas aku simak kayak nggak mungkin banget kejadian beneran."

    "..."

    "Halo? James? Kamu masih disana, right?"

    "Kamu cerita kalo semenjak ayah meninggal, sikap ku jadi berubah. And that's right, aku-keluargaku-Gaza dan Jelia juga merasakan hal itu. Aku juga mau ucapin terima kasih banyak sama kamu atas perhatian-perhatian yang kamu berikan ke aku sejak kita di bangku SMA kelas 2. Tapi, ternyata aku denger cerita yang berbeda dari orang lain, James. 1 bulan setelah ayah meninggal, Rani cerita kalo kamu saat itu kirim pesan via iMessages ke Rani. Katanya, awal-awal kamu chat Rani hanya sebatas tanya kabar tapi kamu sempat bilang ke Rani kalo angkatan SMA kita bakal ngadain reuni. Sejak kapan, James? Kamu nggak pernah bilang sama aku kalo ada invitation reuni SMA. Itu pertama."

    "Kamu mau saya jelasin, Clay?"

   "Nggak perlu, James. Aku juga sebenarnya nggak mau memperpanjang masalah karena ini hari yang seharusnya aku ngerasa special, tapi udah terlanjur rusak, jadi ya sudah."

    "Baik kalo itu mau kamu, Clay. I'm sorry"

  "Masalah reuni, aku mungkin udah nggak akan perpanjang lagi, toh juga sudah lewat waktunya. Tapi James, kenapa kamu minta Rani jadi pacar kedua kamu setelah aku? Kenapa kamu menjanjikan setelah hubungan kita nanti berakhir, I mean mau kamu untuk hubungan kita berakhir hahaha, nantinya Rani akan langsung menempati posisi ku? How dare you, James?"

    "..."

    "James, aku kecewa banget sama kamu dan hubungan kita. Aku juga kecewa sama diri aku sendiri."

   "Iya, saya juga kecewa dengan semuanya. Sudah terlambat dan saya mengakui memang saya juga menyayangi Rani, tidak tahu kenapa."

   "Maybe because our relationship isn't healthy anymore. Kamu tanggung semua kesedihan aku yang menjadikan kamu 'harus' selalu jadi my energy, dan aku yang terlalu percaya dan membebaskan kamu sehingga kamu tidak merasakan getaran yang sama lagi seperti saat awal kita kenal. Aku nggak kaget sebenarnya ketika seseorang bisa menyayangi dua orang sekaligus meskipun memang salah satu diantaranya kadar rasa sayang yang diterima tidak sebanyak itu, apalagi dengan kondisi kita yang semakin renggang dan aku tidak memberikan afeksi yang cukup banyak buat kamu, James. I'm sorry for being a bad girlfriend for you,"

    "No, you're not."

    Tetesan air mata Claires mulai muncul. Rasanya sesak sekali dada perempuan 24 tahun ini harus mendengar hal yang paling pahit dan paling Ia tidak duga di hari lahirnya. James, laki-laki yang dipercayainya akan menyayangi dia seperti ayahnya, justru rasa sayang itu sudah bukan lagi hanya milik  Claires seorang.

  "Jangan nangis," James yang berusaha menenangkan Claires dari jauh. Suaranya pun menjadi parau, James merasa malu sekaligus kecewa dengan diri nya sendiri, Ia sudah menyakiti perempuan idamannya.

    "K-kalau sudah ada yang kedua, pilih dia saja, James. Karena kalau kamu sayang sama aku, seharusnya nggak ada yang kedua."

    "I'm not gonna do that, please"

    "Aku mau kita putus, James"

    *prank, dag!*

    Terdengar suara gaduh dari suara telfon James, seperti beberapa barang kaca yang pecah serta suara hantaman benda tumpul.

    "James? Halo??"

    "Okay, Clay. Kita putus," jawab James yang sudah terdengar kalang kabut.

    "Iya, James. Kamu take care ya disana. Good luck lomba nya, semoga ditiap langkah kamu diberkahi selalu. Bikin bangga Indonesia ya,"

    "Jangan benci saya ya, Clay. Kamu wanita pertama yang bisa saya cintai. Kamu yang kenalin ke saya arti dari sabar dan percaya. Dan maaf, justru saya yang merusak kepercayaan kamu. Saya kurang dewasa dalam mengatasi permasalahan kita akhir-akhir ini. Kamu jangan pernah terpuruk lagi ya, Ayah akan selalu memiliki posisi terbaiknya di atas sana. I know that he is really proud of you."

    "I know that, oh iya dan untuk masalah Rani, aku sama sekali nggak membenci dia. Dan aku pun nggak akan marah sama kamu kalo nantinya kalian berdua resmi pacaran. I'll support you whatever it makes both you guys happy," tegas Claires. Kini jari-jarinya mulai menyapu pipi basahnya.

    "I love you, Claires Renantasia Hartanto," balas James dengan suara rendahnya yang masih sedikit terdengar sisa-sisa menahan tangis.

    "CLAAAYYY, AYO KATANYA MAU MASAKKIN KITA PASTAAA," teriak Jelia dari kejauhan."

    "Eh lo kenap-," tanya Gaza sambil berjalan mendekati Claires yang sejak satu jam lalu masih berada di kursi teras rumah.

    "Itu suara Gaza ya? Salam ya untuk Gaza, Jelia, Ibu, dan Bang Reyno di sana. Saya minta maaf sudah mengecewakan wanita paling baik di muka bumi ini."

    "Thanks James, for everything. Aku tutup ya telfonnya."

    "Okay then, be happy ya, Clay."

    "Yes, you too James,"





-the end.

    

    

    

Comments

Popular Posts