2 : Pertemuan yang tidak diharapkan
2.
***
"hahaha, iya. Anjir, tadi Reno keren bangett. Ga nyesel deh gue usek-usekan nyempil diantara suporternya dia."
"tapi, tadi gue liat dia telat dateng pas kuarter ke 3 deh. Payah banget jadi anak, ga on time."
"gak papa lah, Ra. Cowo ganteng mah bebas, hahaha. Eh? Si Ni ayam, tidur. Nyenyak amat tuh anak." Tutur Dinda,dengan wajah riangnya karna sudah puas-puasnya menyaksikan pentolan dari Darmawangsa.
"woi, Ni! Ba- heh? Perasaan gue aja atau gimana, tapi.. bukannya tadi Uni pake seragam lengen panjang ya?"
"gue juga ngerasa gitu, Ra. Ni anak kapan gantinya? Ni!!! Bangunn" sambil mengoyak-oyakkan tangan Uni yang-seharusnya-mereka-sadar kalau tangannya, merah.
"aw! Sakit geblek!"
"loh? Tangan lo kenapa? Kok merah?Terus, kenapa lo pake seragam lengen pendek? Bukannya tadi lo pake lengen panjang? Kok lo tidur? Kok bisa sih?"
"astaghfirullah, brisik banget mulutnya neng. Gue capek. Eh, Free class, toh? Bagus kalo gitu. Gue lanjut tidur, deh"
"GAK-GAK gak bisa gitu!! Lo harus,wajib,kudu pake banget cerita ke kitaa! Gak gue biarin lo tidur. Enak aja!"
"bising banget sih, Din. Gue capek."
"seenggaknya, lo cerita dulu lah, Ni. Kita care sama lo." Jawab Nara dengan nada santai.
"NAHH!! Itu yang gue maksud daritadi, pea." Celetuk Dinda dengan kesal.
"nabrakorangduakaliketumpahancoklatpanastanganguejadimerah." Sahut, Uni.
"anjir ini anak. Gak usah Rapgod gitu! Ga ada yang request longe-rapgod. Apa sih, Ra maksudnya? Ga ngerti gue. Tolong jelasin, biasanya lo cepet nangkep omongan ga&tanya si Uni" Eluh Dinda, sambil garuk-garuk kepala sendiri.
"dia nabrak anak 2 kali, anaknya bawa coklat panas,kali. Terus dia ketumpahan, merah deh jadinya."
"pinter." Sahut Uni, berikut dengan seulas senyum tipisnya.
"oh gituuu, terus-terus kok lo bisa ganti seragam lengen pendek gitu? Katanya lo ga ada seragam di loker, pas kemarin gue mau pinjem. Ah elo mah, sama temen sendiri pun masih diboongin. Jahat ya lo!"
"gue dipinjemin sama orang yang nabrak gue."
"Hah? Ga salah denger gue, Ni? Yangbener lo. Emang siapa sihh orangnya, coba gue liat namebadge-nya. RenovaldiHara- RENOOOO?! What the hell is goin'on in here!! Please, jangan bilang orang itu RENOOO NIII RENOO!! Sial! Kokbisa, sih?"
"Reno? Oh namanya Reno. Gue kira harahaphap."
"geblek, anjir!" tonyor Nara, membuat Uni kesal.
"yaudah sih, terus yang harus dipermasalahkan itu apa? Capek tubir gue."
"ya ini lah per-ma-sa-la-han-nya, Ni! RENOOO!! Seorang pentolan Darmawangsa, cewe dari berbagai macam sekolah diseantero Jakarta pada kejer-kejer dia, pinter oh god. And super duper handsome gitu, bisa ngasih pinjem seragamnya ke lo secara Cuma-cuma? Svera Unita Dhanti? Please, gue tau lo tenar di Taranta karna lo aktif banget, tapi bukan berarti lo tenar di Darmawangsa juga, ya? sampe-sampe Reno takluk sama lo"
"pertama, please ga usah sok pake bahasa campur inggris-indo. Jijik gue dengernya, biasa makan mi ayam aja belagu. Kedua, koreksi, dia minjemin seragamnya gak secara Cuma-Cuma. Dan yang terakhir, gue ga pernah & ga akan tenar dimanapun."
"serius deh serius! Gila... gue saluts ama lo, Ni. Bisa gitu ya, ketidaksengajaan itu emang selalu lucu buat diomongin direalita. Wkwk" sahut Nara dengan nada cekikikan. Sedangkan, Dinda memasang muka yang sebenarnya masih ingin tahu lebih detail bagaimana kejadian sebenarnya.
"udahlah, gue capek tubir mulu. Gue cabut ke uks deh, mau ngobatin lukanya dulu" ucap Uni dengan nada penuh penat atas pertanyaan yang bertubi-tubi diberikan oleh kedua temannya.
"lah daritadi belum diobatin?Gesrek. Yaudah sono, cih. Sok tenar."
"iya lu, sok tenar, sana pergi bukan temen gue"
"sana pergi bukan temen gue dua"
"bukan temen gue, tapi bahasa gue dipake. Yang gesrek sekarang, siapa?"
Muka Nara, merah padam. Dia terlalu polos untuk bisa meledek seorang Uni, dimana teknisnya Uni adalah Ratu daris egala Ratu meledek. Sudah tau Uni paling jago meledek, kenapa Nara harus menantang sang Ratu? Dinda pun hanya bisa terbahak-bahak. Sedangkan yang ditertawakan hanya bisa menggaruk tengkuknya. Padahal, sama sekali tidak gatal.
***
Uni berjalan tanpa minat. Sambil menggunakan earphone di telinganya, Uni bergumam sedikit karna dia hafal lirik dari lagu favoritenya.
I miss you, I mean it, I tried not to feel it but I can't get you out of my head....
Uni tersenyum tipis, mengingat 3 tahun yang lalu ia harus rela membagi orang yang sangat Uni sayangi dengan orang lain. Mengingat, Danar orang yang paling Uni cintai begitu saja meninggalkannya tanpa ada kepastian. Uni tahu, mereka berdua memang belum ada status hubungan yang pasti, namun Uni yakin. Pada akhirnya, Danar pun menyukai dia. Uni menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan. Itu adalah salah satu cara Uni mengusir sesak yang hadir di dada. Rasanya, mengingat 3 tahun yang lalu, malah membuat Uni semakin rapuh.
Uni berjalan sambil mengutak-atik smartphonenya, berhubungan koridor sekolah sedang sepi, karna kebanyakan para murid lebih memilih untuk bersantai dikantin ataupun dikelas setelah mungkin letih dan berkeringat menonton pertandingan turnamen tadi. Uni, memutuskan untuk membuka wattpad. Uni sudah selesai membaca cerita yang sebelumnya urung dituntaskan. Uni mengulir ibu jarinya dengan mahir, menggeser cerita-cerita recommend yang muncul, untuk kemudian ia baca ketika berada di ruang UKS.
Bruk! Lagi dan lagi, mereka berdua bertabrakan. Bedanya, hanya tidak ada gelas yang berisi coklat panas diantara mereka.
"hobi lo selain main hp saat jalan, nabrak orang?" tanya Reno sambil mengaduh kesakitan karna tanpa Reno sadari, tenaga cewe ini.... Boleh juga...
"hobi lo selain muncul secara mendadak, nabrak orang?" sahut Uni sambil merapihkan seragamnya yang berantakan karna tersimpuh saat bertabrakan.
"terserah lo"
"emang"
"gimana?" Reno mengarahkan tangannya kearah tangan Uni yang melepuh
"it's okay."
"aduh! Sakit woi" eluh Uni saat Reno tiba-tiba menarik tangannya dan membawanya menuju ke ruang UKS
"sorry"
Uni memperhatikannya. Ya, Uni memperhatikan seluk belum Reno dari sini. Masih memakai jersey basket sekolahnya, dengan rambut berantakan, tinggi semampai, dan wangi. Uni ingin bersumpah, cowo ini benar-benar membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari ritme yang seharusnya.
Hm,Reno ya? pentolan Darmawangsa? Gue akui sih, emang pantes dia dipanggil gitu.Gue suka. Tapi, dia bukan tipe cowo gue banget. Gue pengen cowo yang kalem,biar gue ikutan kalem. Gue ga pengen punya cowo sama dinginnya kayak gue. Guepengen cowo ya-
"hobi ngelamun juga ternyata" suara Reno mengembalikan Uni dari lamunannya. Apasih yang Uni lakuin. Buat apa juga dia membandingkan Reno dengan tipe cowonya. Kan, Uni ga suka Reno.
"nih obat lukanya. Sorry bikin tangan lo jadi,ya you know."
"it's okay"
"gue Reno." Tanpa tampang ragu, Reno menawarkan tangan Uni untuk menjabat tangannya.
"Uni." Balasnya.
"Svera lebih bagus."
"U-N-I"
Setelah Uni berbicara, suasana mendadak hening. Aroma obat-obatan yang begitu dominan, ruang yang bernuansa putih. Semua serba putih, Uni suka warna putih. Dan Uni berasa lebih tenang ketika ia memasuki ruang UKS. Suara teriakan murid-murid Taranta pun kian memelan. Hingga, bisa dibilang koridor sekolah memang benar-benar sepi.
Uni merasa tak nyaman dengan keadaan ini, kemudian Uni mengambil smartphonenya dari kantong seragamnya, segera membuka Line dan mengetik pesan di group 'Allahu Akbar Cantik'-nya
Uni : I need you,guys.
Dinda : fake, basi.
Nara : fake, basi(2)
Uni : sialan, gue emang butuh bgt lo pada. Cepetan ke UKS sekarang
Dinda : ngatain sialan tapi butuh. Tai kura-kura lo.
Nara : ngatain sialan tapi butuh. Tai kura-kura lo.(2)
Dinda: ini lagi. Si dugong. Diem woy ga usah ngikutin gue ngomong.
Nara : lah, emang lu daritadi ngomong? Perasaan ngetik deh
Dinda : si tengil anjir(: nice try lah Ra ngelawaknya
Uni : beneran gapada mau ketemu sama Reno, nih?
Dinda : udah manggil gue goblok, minta tolong, sekarang masih mau nipu kita juga biar cepetan ke sono? Cih, ga guna. Sorrydory strawberry lah yaw
Dinda : emang Dinda cewe apaan.
Uni : cewe geblek.Buat apa gue boong sama lo njay
Dinda : otw
Nara : otw (2)
Uni : cih,giliran masalah cowo mah langsung cabut. Dasar, cabe.
Uni hanya bisa geleng-geleng kepala,kenapa dia bisa punya teman macam ini. Masalah cowo dinomor satukan, sedangkanUni disepersekiankan. Cih. Sambil menahan ketawanya, Uni curi-curi pandang melihat Reno yang sedari tadi duduk disebelah tempat tidurnya. Reno sedang sibuk dengan handphonenya. Bagus. Berarti daritadi dia ga merhatiin gue.
"lukanya udah membaik. Mending lobalik"
"ok. See you"
"yeah, see you"
Reno memberikan seulas senyum tipis kepada Uni, Uni membalasnya dengan sama. Reno pergi. Reno meninggalkan Uni sendiri di ruang UKS. Keheningan, kembali tercipta. Hingga, Dinda dan Nara merusak keheningan itu.
"anjir mana woi Reno nya?" tanya Dinda dengan rasa tidak sabar sambil mengatur nafasnya yang sudah ngos-ngosan berlari dari kelas IPA sampai ruang UKS yang jauhnya minta ampun.
"JANGAN BILANG RENO GA ADA" bentakNara.
"emang ga ada" jawab Uni denganusil.
"TENYOM LOH YA! TEMEN MACEM APA LOBOONGIN KITA HAH?!" balas Dinda dengan kesal.
"yaudah sih, lagian tadi Reno emang disini. Tadi dia bantu ngobatin luka gue. You know kalo dia emang salah."
"gak seru loh! Berduaan aja samaReno! Ga ngajak-ngajak. Lupa daratan, dasar."
"bising deh, udah lah balik ke kelas aja lah. Bosen gue."
"dasar Nyai" sahut Nara karna diajuga begitu kesal tertipu oleh Uni.
Uni hanya cekikikan dengan sikap teman-temannya. Sepertinya, Reno spesial banget ya, sampai Uni dimaki karna mereka ga berhasil bertemu Reno?
Hft. Dasar temen aneh.
Eh? In-ini apaan.
Uni menemukan secarik kertas yang terselip diantara seragamnya.
What? Bentar. In-ini siapa yang nyelipin. Kok gue ga ngerasa sih. Kan daritadi gue ga tidur, sok misterius banget.. Bodo lah, nanti aja bacanya. Aneh amat sih hari ini.
Eluh Uni sambil menepuk-nepuk jidatnya.
***
Comments
Post a Comment