1 : Hari tersial Uni
***
Alarm berbunyi selama Uni masih memejamkan mata. Bukannya Uni merasa terganggu dengan alarm yang ia pasang dengan volume keras-keras, ia malah semakin terpejam dan malah memberikan seulas senyum tipisdari bibirnya.
"woy dek! Bangun kali, kebo banget sih lo! Udah jam berapa nih, bisa-bisa gue telat! Untung Mom masih baik ke elo nyuruh gue tungguin lo. Kalo bukan karna Mom, ogah gue sumpah!" bang Dimas langsung membuka tirai jendela kamar Uni tanpa ampun. Merasa ada yang mengganggu matanya, Uni pun membelalakkan matanya dan mencari manusia mana yang berani menggangu macan sedang tidur.
"apasih bang. Orang masih jam 4, ngapain gue dibangunin. Lagian, lagi ngimpi enak-enak nge-date bareng calum, malah diganggu. Elah."
"geblek, sekarang udah jam setengah7 lebih dan lo bilang ini masih jam 4? Cepetan bangun atau ga, gue tinggal. Lo berangkat pake angkot sendiri!"
"HAH?! Anjir yang bener lo bang?TADI MALEM KAN PADAHAL GUE GA LUPA BUAT MASANG ALARM DIHAPE"
"satu...."
"EHHH IYA BANG TUNGGUIN GUEEEEE"
Dengan mendengus kesal, Unipun langsung bergegas menuju kamar mandi dan langsung cepat-cepat menuju kesekolah, tanpa melewatkan sarapan tentunya. Karna bagi Uni, berangkat sekolah tanpa sarapan membuat dia jadi tidak fokus belajar. Saat sedang bergelut dengan sarapannya, bang Dimas malah menarik lengan Uni dengan keras dan cepat-cepat berangkat sekolah.
"dih bang Dimas mah! Uni lagi makan malah ditarik-tarik lengannya. Sakit!"
"udah telat, dan lo masih mikirin sarapan? Mending banyak makan tambah gendut. Nah lo mah kagak. Ga berguna lo makan banyak, tetep aja kurus!"
"Bang Dimas! Nyebelin banget sih!" sambil menyubit lengan abangnya yang paling menyebalkan didunia ini.
Bang Dimas merupakan kakak dari Uni. Dewana DimasTraya, adalah nama lengkapnya. Ganteng, tinggi, pintar, disiplin,dan merupakan siswa favorite di SMA nya. Dan dia tak mau, reputasi sebagai murid ter-disiplin di sekolahnya hancur berantakan hanya karna telat dengan sebab menunggu adiknya yang super kebo itu. Makanya, tanpa basa-basi dia langsung menarik lengan adiknya yang juga super lelet ini. Sekarang, bang Dimas duduk dibangku kelas 12 di SMA Darmawangsa. Tak pelak, membuat bang Dimas akhir-akhir ini sibuk dengan tugas sana-sini untuk persiapan semester terakhirnya disekolah.
"udah sampe. Sono turun, untung ga terlambat."
"thank's yang abang! The best deh, hehehe. Gue duluan bang, hati-hati"
"iye bawel" Uni menoel pipi abangnya penuh jahil, dan langsung turun dari mobil bang Dimas. Tak lama dari arah belakang, terdengar suara Dinda dan Nara sambil memeluk Uni dari belakang.
"Uni! yaampun, akhirnya, setelah libur panjang masuk sekolah juga. gue kangen kekocakkan lo Ni, bahkan gue rela deh masuk sekolah asalkan bisa denger celotehan gadanta lo itu. Soalnya setiap dirumah masa gue ngerasa galau terus...."
"derita lo lah. Ga usah fake gitudeh"
"Hahaha tau aja gue fake, udah lah masuk yuk" ajak Dinda dari pintu gerbang sekolah.
"eh Ni.... Denger-denger abang lo sekarang jomblo ya?" gusar Dinda sambil bertanya
"iya, kenapa Din? Lo pengen? Tapi sayang, dia bentar lagi mau lulus. Lo nya masih kelas 11."
"bantuin gue dong.. biar deket sama abang lo... ganteng banget, gue ga kuat ngeliatnya."
"si geblek lagi jatuh cinta ternyata" sahut Nara, yang sedari tadi diam-diam memerhatikan percakapan yang sama sekali tidak penting ini.
"diem deh lo! Dasar perempuan yang tak punya hati!" cetus Dinda
"Dasar perempuan yang tak punya hati 2"
"diem juga deh lo, Ni! Ga usah ngikutin omongan gue kan bisa?"
"diem juga deh lo, Din! Ga usah ngikutin omongan gue kan bisa?"
"babik dah lo berdua."
"ga level banget lo. Gitu aja ngambek"
"bodo"
"bodo 2"
"bodo 3"
"UNI NARAAAAAAA. Shut up" teriakan Dinda mengundang perhatian murid Taranta. Bahkan guru yang berada didepan kantor ikut-ikutan celingukan mencari sumber suara keributan. Dengan pipi yang sudah memerah sedari tadi, Dinda menarik kedua temannya cepat-cepat pergi kedalam kelas. Uni dan Nara pun daritadi hanya bisa menahan tawa melihat temannya yang satu ini malunya ga karuan.
***
Sudah masuk jam pelajaran ke 5, namun guru mapel belum juga masuk ke kelas Uni. Dengan hati besar, Uni mensyukuri moment ini. Moment dimana, guru yang paling ia tidak harapkan kehadirannya tidak masuk hari ini. Pasalnya, pada saat Uni kelas 10 Uni pernah dihukum oleh guru ini, karna telat berangkat sekolah. Dan Uni dongkol, karna dia diberi hukuman untuk membersihkan kamar mandi kelas 10 yang kondisinya,mungkin bisa dibilang lebih mirip kandang Babi. Penuh lumpur dan sumpah bau nya sangat-sangat menjijikkan.
"Eh Din.."
"hm.."
"Dinda! Lo tau gue paling ga suka temen diduain gitu sama hp alay lo itu!"
"hft, iya ape dahh. Cepet ngomong."
"kaki lo ga kenapa-napa kan?"
"hah? Ya kagak lah. Emang kenapa?"
"lo bisa jalan ga?"
"bisa lah geblek."
"yaudah, yuk kapan?"
"babik banget yah lo. Dasar jomblo,mending lo cari pacar deh. Gue enek dari jaman kapan dengerin rayuan alay logitu."
"tapi kan... aku sayang.."
"najis lo, lgbt." Suara datar Nara membuat tawa keduanya pecah.
"Hahaha. Sejak kapan lo daritadi disini? Anjas, kayak setan lo. Sumpah deh gue takut. Geblek, geblek. Eh ...bentar... kok kelas sepi ya.. anak-anak pada kema- OHIYA gue baru inget! Bukannya lagi ada turnamen basket antar SMA se-Jakarta, dan sekarang giliran sekolah kita kan tempatnya turnamennya? yaampun, pantes aja guru ga pada masuk. Eh nonton yukk! Siapa tau, gue bisa ketemu sama cogan sekolah sebelah.."
"siapa?" Nara heran.
"ituu loh, pentolan Darmawangsa, si Reno. Ganteng bangett, ngomong-ngomong dia katanya sih jadi calon ketos di Darmawangsa. Tapi, tetep sih bang Dimas yang paling pentolan dihati gue. Wkwkwk. Cepetann yuk, buruu gue takut kita kesana turnamennya udah selesai. Kan ga banget! Lo ikut, Ni?" sambil menoel pundak Uni.
"ga deh, makasih. Gue dikelas aja,mau lanjut baca cerita di wattpad."
"serius nih lo mau kita tinggal? Lo perhatiin deh disekeliling lo. Ga ada anak, Ni"
"banyak omong deh lo. Udah sana, kalo mau pergi, pergi aja."
"ehh, diajak malah nyolot. Yaudahlah, yuk Ra. Gue tinggal ya Ni, Ni ayam."
"garing banget, najis."
Uni merebahkan tubuhnya ke bangku. Seumur-umur, ia baru tahu, betapa nikmatnya bersekolah tanpa guru seperti ini. Sambil memasang earphone, Uni membuka aplikasi wattpad, seperti yang dibilang tadi, dia ingin membaca cerita yang belum ia tuntaskan juga.
Angin yang masuk dari jendela kelas, berhasil membuat rambutnya menghempas kemana-mana. Membuat rambutnya menjadi berantakan. Mendengus kesal, Uni langsung mencepol rambutnya dengan bolpen kesayangannya. Menghela nafas, untuk pertama kali ia merasakan ketenangan.
If this is my last night with you, hold me like I'm more than just a friend. Give me a memory I can use. Take me by the hand while we do what lovers do...
Lagu adele, mengalun dengan jelas dalam gendang telinganya. Membuat, secara tidak sadar, Uni terlelap dalam lamunannya. Uni mengantuk, dan segera menutup mata dengan pasti. Dan Uni tertidur di kelas.
1 jam, 2 jam tertidur. Uni merasakan ada yang aneh. Ia langsung terperanjat, saat ia tahu bahwa ia benar-benar ingin buang air kecil. Ini adalah salah satu hal yang paling ia benci. Tanpa berpikir panjang, Uni langsung lari dari kelasnya menuju toilet kelas 11. Toiletnya memang agak jauh, dari kelas Uni, mungkin ia harus melewati 3 kelas, 2 ruangguru, 1 kantin kelas 11 dan lapangan voli.
"sumpah, siapapun yang ngebangun ini sekolah bego banget! Kalo ada urusan dadakan begini ga bisa kali, harus la-anjir udah kebelet banget! Sialann"
Uni berlari cepat-cepat dengan kekuatan super yang tiba-tiba muncul disaat moment seperti ini. Saat sudah melewati kantin, Uni sangat bergembira, iapun menambahkan kecepatannya untuk berlari. Tapi, ada satu hal yang membuat kekuatan Uni untuk berlalu sekejap menghilang.
Bruk! Uni menabrak Seorang laki-laki yang sedang membawa coklat panas.
"anjir, panas banget. Boam lah,harus lari banget!"
"eh lo-" sambil menarik tangan Unidengan erat.
"ngomongnya ntaran aja, gue udah kebelet banget." Sambil melepas pegangan tangan laki-laki tadi dari tangannya,Uni langsung melesat dengan sempurna tepat di Toilet kelas 11. Akhirnya, Uni bisa mengeluarkan semuanya. Setelah keluar dari toilet, ia menuju ke wastafel, sambil menyermin melihat seberapa kucelnya seragam putih abu-abu yang ia pakai setelah tadi tertumpah coklat panas disana. Dilihat, tangan Uni memerah, Uni jengkel.
"sialan cowo tadi. Ngapain juga coba berdiri dijalan. Jadi anak kok cari muka banget sih. Najis." Sambil menyisir rambutnya yang juga ikut-ikutan berantakan, lalu mencepolnya kembali dengan bolpen. Dan dilihatnya, sudah sempurna, sudah lebih baik. Tapi, tidak dengan hal yang tertumpah coklat panas yang membuat tangannya merah dengan sempurna. Mendengus kesal, kemudian Uni memutuskan untuk kembali ke kelas, karna ia ingin cepat-cepat tidur nyenyak.
Bruk!
Lagi-lagi, dengan orang dan kejadian yang sama. Uni menabrak cowo itu. Seragamnya semakin basah, penuh dengan warna coklat.
Sialan, mending cowo ini ga usah beli coklat panas aja. Bukannya dia yang minum, malah seragam gue yang minum.
Mereka saling bertukar pandang untuk sesaat, saling memasang wajah dingin, dan sama sekali tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Kesal, Uni memilih untuk meninggalkan cowo sial ini dari hadapannya. Dan langsung menuju ke kelas. Tapi, lagi-lagi cowo ini menahan tangannya. Dan yang lebih parah, cowo ini malah menahan tangan Uni tepat pada luka merah terkena coklat panas tadi. Lantas, Uni menjerit.
"aw!"
"tangan lo merah?"
"karna itu." Uni sambil menunjuk kearah gelas yang berisi coklat panas tadi.
"karna lo juga. gue ga bisa minum coklat panas gue."
"karna lo juga. gue harus pake seragam yang udah lusuh gini sampe pulang nanti."
"ganti"
"ganti dua"
"ganti tiga"
"ganti empat"
"Svera, lo harus ganti minum gue."
"koreksi, Uni. Ga usah ngeliat ke namebadge gue. Lo juga harus gantiin seragam gue ini. Ga mungkin gue belajar, tapi seragam udah lengket ke badan kayak lem."
"ga"
"ga dua"
Lalu, cowo itu membuang gelas coklat panas tadi yang sudah jelas kosong ke dalam tong sampah, lalu membuka backpack yang ia bawa daritadi. Seperti mencari sesuatu, tapi Uni acuh, berusaha untuk tidak peduli dengan cowo sial dihadapannya.
"nih, sekolah lo ngebolehin cewepake lengen pendek kan?"
Uni menaikkan satu alisnya, menatap cowo ini dengan heran.
ganteng juga sih,kalo diliat-liat. Sifatnya dingin ya? sama. Eh, bentar? Pake seragam basket?Anak mana nih? Bukan anak Taranta, pasti. Karna Taranta, mainnya kan pas sesi terakhir. Ini anak, udah mandi keringet aja. Siapasih dia sebenernya? Eh anjir, kok gue punya pemikiran sejauh ini.
"gue ngomong sama lo yang ada didepan gue, bukan sama angin."
"sorry. thank's" Uni mengambil seragam yang cowo itu berikan kepadanya.
"anak mana?"
"sekarang, gantiin coklat panasgue."
"hft. Nih. Lo beli sendiri. Gue mau ganti seragam." Uni menyerahkan sisa uang yang ia punya. Dan langsung kembali lagi ke toilet. Dengan segera, mengganti seragamnya dengan seragam cowo sialitu. Saat kembali, dan menyermin, Uni menatap. Menatap dirinya dalam seragam cowo tadi.
Pft,kegedean.Tapi lumayanlah, daripada gue harus berlengket-ria.
"eh?Geblek! Masa gue pake seragam cowo, yang jelas-jelas namebadgenya R E N O V A L D I H A R A H A P? eh-oh, namanya Renovaldi. Harahaphap. Eh, harahap. Yaudahlah, bodo amat, it's better. Bytheway, thank's harahaphap."
***
Comments
Post a Comment