SESUAI DENGAN FAKTA SESEORANG, BERHARAP INI LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN CERITA ASLINYA.

FIRST.


   Ketika sesuatu hal dimulai dengan hal yang pertama, begitu pula dengan kisah perjalanan cintaku. Cinta yang begitu rumit dan penuh dengan perjuangan. pengalaman ini bermula dengan pertemuan yang sangat menjengkelkan. Saat aku bertemu seseorang, disaat aku sedang berada di tempat ku bernyanyi (namakan saja tempat itu, les musik). Aku bertemu seseorang yang sepertinya sudah tidak asing lagi bagiku. 
      Seperti yang aku ingat, dia adalah anak dari Tante Mira. teman Ibuku. Tanpa fikir panjang, aku langsung mendekatinya, dan bertanya : "Saka ya...?". tapi apa realita yang terjadi? Dia hanya terdiam sambil melihat wajahku selama 3 detik, lalu pergi. Sebenarnya, maluku tak seberapa. Tapi, sakitnya yang luar biasa. Kalian bisa merasakan, bagaimana rasanya tak dihiraukan dengan laki-laki yang baru saja kalian tanyakan namanya?
     Setelah itu, aku cukup tahu. Cukup mengerti, bahwa dia hanyalah laki-laki yang sangat amat membuat seseorang menjadi benci kepadanya, karena kecuekkannya. Dan setelah itu, aku ntak menghiraukannya lagi.
     Satu tahun berlalu, sekarang aku telah menduduki bangku SMP. Dan saat ini, adalah saat yang tepat untukku menikmati 'masa-masa SMP' yang SEHARUSNYA sih bisa berjalan dengan penuh kebahagiaan. Aku harap semoga bisa begitu ya. Dan ketika aku duduk dibangku kelas 7D, aku bertemu dengan seseorang. seseorang yang membuatku terkesima oleh permainan alat musiknya. Panggil saja dia, Ilham. Tampang dia memang tak setampan artis-artis pemain 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck', tapi setidaknya ada satu hal yang membuatnya agak lebih bersinar dibanding dengan yang lain. Rasa kagumku kepada Ilham, tak sampai membuatku jatuh cinta terhadapnya. Tapi, ternyata realita yang kualami adalah, teman-teman kelasku hampir semuanya mengejekku. Mengejek kalau aku suka kepada Ilham. Padahal, orang yang tidak punya hatipun masih bisa membedakan, mana cinta dan mana yang bukan cinta. Teman-temanku terlalu dibodohi oleh imajinasi mereka yang terlalu jauh dari fakta. 
     Dan sewaktu dimana aku sedang berada di Koperasi untuk membeli beberapa makanan yang ingin aku lahap, tiba-tiba aku melihat seseorang yang tak pernah aku harapkan lagi untuk bertemu dengannya. Tahu kan siapa yang aku maksud? Yap! S-A-K-A. Sungguh disesalkan bila aku harus satu sekolah lagi dengannya. 
    Sampai pada saat aku mengikuti ekstra kulikuler musik disekolah, aku meihat Saka lagi. Dalam hati, penuh tanya : "kenapa dia juga harus mengikuti ekskul yang sama sepertiku? Sialan." Begitu herannya aku dengan hal ini. Sejak saat itu, intensitas pertemuanku dengan Saka lebih meningkat. Sebab itu juga, tiba-tiba aku merasakan sesuatu.  Merasakan ada suatu hal yang pertama kali dirasakan. Yang dulunya benci, tiba-tiba aku merasakan berbanding terbalik dengan perasaan benci. Dan sejak saat itu, aku lebih bersemangat bila berangkat ke sekolah dan ke ekskul musik.
    Semakin merasakannya saja, membuatku semakin terngiang-ngiang tentang Saka. Yang dulu membuatku benci, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang membuatku menjadi meleleh. Walau aku tahu, dia tak sehebat bermain musik seperti Ilham, tapi aku tetap sayang Saka. Sampai kapanpun. Kenapa? Karena hatiku telah memilih, dan itu Saka. 
    Saat itu, supirku sedang sakit. Jadi supirku tak bisa menjemputku disekolah. Dan saat itu juga aku langsung tepuk jidat. Aku bingung harus pulang dengan siapa. Sedangkan waktu itu, cahaya mentari semakin redup seperti dimakan waktu. Dengan wajah resah dan penuh kebingungan, tiba-tiba dari tempat parkir sekolah, Saka muncul. Hatikupun tak karuhan. Berterbangan seperti dibawa oleh angin sore ini. Resah dan gugup, itu adalah kesimpulan rasa yang dirasakanku pada sore itu. Lalu dalam hatiku, bertanya : 'mau apa dia menghampiriku? apakah dia hanya ingin mengejekku karena mukaku seperti nenek yang sedang kebingungan karena tak tahu lagi harus pakai kendaraan apa untuk pulang, atau apa? hah?' Sampai akhirnya, Saka berdiri tepat didepan mataku. Mataku saling bertapapan dengan mata Saka, dalam keheningan yang diwarnai dengan suara-suara bising motor yang seharusnya membuat suasana itu menjadi ramai dan riuh.
    Saat seperti itu, malah membuatku tak nyaman. Akhirnya aku memecah keheningan yang terjadi :

  •  Aku : "Mau apa kau kesini? merusak suasana saja."
  • Saka : "Apa kau tidak sadar, hah? Hari sudah sore. Aku tahu kau sedang kebingungan. Dari raut wajahmu saja udah tak sedap dipandang. Cepat naik ke motorku."
  • Aku  : "untuk apa?"
  • Saka : "Bodoh. Cepat naik! Kau itu perempuan. Begini-gini juga aku masih punya rasa kasihan terhadapmu."
  • Aku  : "Sialan."
  • Saka : "Cepat naik!"
  • Aku  : "Iya sabar dong"
  • Saka : "Tinggal nih"
  • Aku  : "lama-lama ngeselin juga nih."
  • Saka : "yaudah ditinggal"
  • Aku  : "iyaelah."
    Sebenarnya sih, aku tahu maksud terselubung didalam nada percakapan itu. Nada mengejek. Sialan. Tapi apa mau dikata? Aku juga sebenarnya takut. Takut naik angkutan umum sendiri. Karena ada 3 yang terfikir olehku ketika menaiki Angkutan Umum sendirian, yaitu :

  1. Aku takut berpapasan dengan 2 jenis cowok. Antara playboy atau homo.
  2. Takut ada banci lewat, lalu digodain. Ini juga termasuk alasan karena aku takut dengan Banci. Biasanya kan, Banci mangkal tengah malem. Yakan?
  3. Emang pengen modus sama saka :p
    Akhirnya aku sampai dirumah. Aku merebahkan tubuhku kepulau yang sangat-sangat hangat dan nyaman. Yaitu tempat tidur tercinta. Saat sedang menikmati Hangatnya selimut ditempat tidur, aku memutuskan untuk pergi ke teras kamar untuk melihat binta-binta yang berkerlap-kerlip diatas sana. Dan saat sedang melihat bintang-bintang itu terlintas dalam fikiranku tentang Saka. Seorang laki-laki yang cuek, pintar bermain alat musik, dan ya.. bisa dibilang laki-laki yang baik setelah dia mengantarkanku pulang. Dan dalam fikiranku muncul pertanyaan : 'mengapa dia terlalu menyebalkan sebagai laki-laki?'. Tapi anehnya, karena itu semua malah membuatku semakin tertarik oleh magnet Saka. Rasanya, ada sesuatu yang membuatku jatuh cinta. Tapi kira-kira apakah Saka merasakan hal yang sama sepertiku? atau malah sedang menyukai seeorang? dan itu bukan aku?
     Dug! tiba-tiba aku merasakan sakit. Sakit yang terdalam di dalam hatiku. Tiba-tiba dari intang yang penuh dengan harapan, sekarang hanya meninggalkan secercah harapan yang tak mungkin dijadikan kenyataan. Daripada aku merasakan rasa galau yang berkepanjangan, lebih baik aku pergi ke sofa selagi rebahan dan menonton karton favoriteku. 
   Besoknya, aku berangkat dengan sisa semangat yang diharapkan masih ada. Dengan harapan tak bertemu Saka sesaat saja. Untuk menghilangkan rasa sakit ini.
   Masih dengan rasa sakit dihati, aku berjalan menyusuri kantin sekolah. Dan tiba-tiba ada seseorang yang membangunkanku dalam lamunan :

  • Andari : "Hei kamu! Kenapa melamun saja? Hah?"
  • Aku : "Ah kamu! Bisanya hanya mengagetkan seseorang saja!"
  • Andari : "Eh, kamu disuruh sama Ms. Anna tuh! Untuk mengumpulkan semua nomor telephon para siswa-siswi yang ikut ekskul musik. Karena itu akan memudahkan Ms. Anna bila ingin memberitahukan sesuatu kabar yang penting."
  • Aku : "Em... iya nanti aku usahakan ya!"
  • Andari : "ok! Hey, aku duluan ya!"
  • Aku : "iya..."
    Setelah itu aku berusaha untuk mencari nomor telephon semua siswa yang mengikuti ekskul musik. Dengan harapan, semoga cepat selesai. 
    Sudah 2 hari aku mengumpulkan nomor telephon, tetapi hanya tinggal 2 nomor telephon saja yang belum aku temukan. nomor telephon itu milik Bagas dan Saka. Aku mencari-cari nomor telephon mereka tetapi tak pernah ada hasil. Sampai suatu saat aku bertemu dengan temanku yang aku harapkan dia memiliki nomor Bagas dan Saka. Aku sangat bergantung padanya. Sampai pada saat aku menanyakan kepada temanku, ternyata dia memiliki nomor yang aku cari. aku sangat-sangat bersyukur.
    Setelah itu, aku memberikan semua nomor telephon siswa-siswi yang mengikuti ekskul musik kepada Ms. Anna. Dan diam-diam aku menyimpan nomor telephon Saka di handphoneku. Aku berharap saat aku mengirimkan sms kepada Saka, dia membalasnya. Hingga pada akhirnya kitapun sering mengirim pesan kepada satu sama lain.
    Malampun datang. Penuh dengan kegelapan. Tetapi bintang itu, memecah kegelapan ini. Bintang terus bersinar. Tak pernah redup, walau ia tahu. Dia terjebak dalam kegelapan. 
    Pada saat aku menyentuh handphone ku, terlintas dibenakku untuk memulai mengirim pesan. Tapi aku takut. Takut kalau ternyata nomor itu sudah tidak aktif lagi. Takut juga kalau ternyata saka telah memiliki pacar. Dan saat aku mengirim sms, ternyata nomor itu sedang ada di pacarnya. Aku takut akan semua hal itu. Tapi aku mencoba untuk meyakinkan diri. Lalu, aku berusaha sekuat tenaga untuk mencoba mengetik satu per satu kata lalu mengirimnya kepada Saka. Setelah terkirim, aku langsung menutup telingaku. Aku takut ketika aku mengharapkan dia membalas, tetapi tidak.
    Tak terdengar notifikasi dari handphoneku. detik per detik terlewati. menit per menit cukup sabar untuk melewati semua yang telah ku tunggu. Aku kecewa dalam diri. Kecewa mengapa aku terlalu mengharapkan Saka? yang semestinya tak ku harapkan. Karena aku tahu, ini semua hanyalah omong kosong. 
    Sampai satu jam berlalu, akhirnya aku mendengar suara notif. aku berteriak kegirangan. samapi tanganku tak bisa menyentuh handphoneku lagi. Sampai pada saat aku membuka pesan, lalu aku mebaca bahwa itu balasan dari Saka yang berisi :



To Be Continued....


IT'S EPS NUMBER ONE! AND THE LAST EPISODE, NEXT PUBLISH!  :D

(HAYOO! BACA LAGI YA LANJUTANNYA :) INI ADALAH CERBUNG KEDUA KU LOOH! ^^)
        

Comments

Popular Posts